Empat ratus mahasiswa dan dosen Institut Pertanian Bogor (IPB) pada 23/6 mendapatkan suntikan vaksin anti rabies. Kegiatan yang terselenggara atas kerjasama Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) IPB, Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat dan Kementerian Kesehatan RI ini dilakukan untuk menjamin keselamatan petugas medis dalam membantu mencegah, menurunkan dan mengobati kasus rabies. Vaksinasi dilakukan kepada 150 mahasiswa tingkat sarjana FKH, 80 mahasiswa Program Keahlian Paramedis Veteriner (Diploma), 120 mahasiswa dari Program Pendidikan Dokter Hewan (PPDH) dan 50 dosen dari FKH. Vaksinasi akan dilakukan tiga kali ulangan: hari pertama, 7 hari kemudian, hari ke 28. Ini dilakukan untuk mendapatkan kekebalan yang memadai.
Indonesia saat ini sedang menghadapi penyakit yang ditularkan dari hewan ke manusia (zoonosis) yang berakibat fatal bagi manusia. Salah satunya adalah rabies, karena jika sudah terjangkit, bagi manusia hasil akhirnya adalah meninggal karena sampai saat ini belum ada obat untuk penyakit rabies. Rabies menjadi salah satu masalah kesehatan di Indonesia. Ada 55 ribu korban meninggal di dunia per tahun karena rabies. Ada 24 provinsi di Indonesia yang tertular rabies, sehingga patut menjadi sorotan agar dapat segera ditanggulangi. Sumber rabies ada pada hewan yakni anjing, kucing, monyet, dan lain-lain. Umumnya pada anjing, manusia terancam kalau dapat gigitan dari hewan yang terjangkit rabies.
“Pada tahun ini, FKH IPB bekerjasama dengan Pemerintah Provinsi Riau, wilayah yang angka kejadian rabiesnya mengalami peningkatan. Kami diharapkan dapat membantu petugas di sana yang jumlahnya terbatas. Kami diminta untuk membantu menurunkan 130 mahasiswa dan sejumlah dosen pada bulan Agustus 2014 mendatang untuk terjun ke masyarakat membantu memberantas rabies, melakukan vaksinasi, sosialisasi dan menginformasikan bagaimana mengatasinya,” ujar Dekan FKH IPB, Prof. Dr. drh. Srihadi Agung Priyono dalam sambutannya. “Vaksinasi anti rabies perlu diberikan bagi seseorang yang berpotensi terjangkit karena banyak berhubungan/bersentuhan dengan hewan tersebut, “ tambah Dekan.
Lebih lanjut dikatakannya, upaya preventif yang paling baik adalah dengan cuci luka segera setelah digigit hewan. “Tindakan pertama adalah cuci luka pada air mengalir selama 10-15 menit dengan sabun atau deterjen. Virus rabies melekat pada lemak sehingga virus akan larut dengan sabun atau deterjen. Ini adalah pertolongan pertama yang bisa menyelamatkan manusia, “ tandasnya. Vaksin anti rabies ini biasanya tersedia di daerah yang jumlah populasi anjing tinggi. Oleh karenanya disarankan kepada pemerintah daerah untuk membentuk Rabies Center.
Dukungan penuh juga disampaikan oleh Rektor IPB Prof.Dr.Ir. Herry Suhardiyanto yang hadir dan menyaksikan saat Prof. Srihadi secara simbolis menjadi dosen pertama yang divaksin rabies. Menurutnya, mahasiswa FKH IPB adalah garda terdepan agar Indonesia bebas rabies. Kegiatan ini adalah upaya pencegahan agar kejadian yang tidak diinginkan tidak menimpa mereka yang bertugas. Ini betul-betul menyadarkan kita semua akan arti pentingnya vaksinasi anti rabies. (zul)