Perlu Adanya Bank Biakan Cendawan Indegenous Indonesia
Sekitar tiga ratus pakar, akademisi, dan pemerhati mikologi (ilmu yang mempelajari cendawan) seluruh Indonesia berkumpul di Bogor untuk mengikuti Peluncuran Perhimpunan Mikologi Indonesia (Mikoina). Mikoina sebagai wadah profesi bagi ahli cendawan baru lahir 4 bulan lalu. “Mikroina sudah selayaknya berpartisipasi, mendorong dan memanfaatkan situasi ilmiah yang sedang berkembang dalam masyarakat,” kata Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB), Prof. Dr. Herry Suhardiyanto saat memberikan sambutan pada acara Peluncuran dan Seminar Nasional Perhimpunan Mikologi Indonesia (Mikoina) bertajuk “Mykes Pro Vita”, Selasa (18/9) di IPB International Convention Center.
Cendawan memegang peranan penting dalam kehidupan bumi. Dengan adanya ratifikasi Konvensi Keanekaragaman Hayati oleh pemerintah Indonesia, sudah seharusnya para mikologiwan memberikan perhatian penuh terhadap data kekayaan cendawan. “Indonesia sebagai megabiodiversity hotspot belum mempunyai data kekayaan cendawan. Padahal dengan berkurangnya luasan hutan tropik dan terganggunya ekosistem laut banyak jenis cendawan tropik yang lenyap. Mikoina dapat menjadi kekuatan pendorong terbentuknya bank biakan cendawan indigenous Indonesia yang dilengkapi basis data pendukungnya.
Apalagi, kata Rektor, cendawan merupakan organisme yang menjadi perhatian dalam kerangka biosafety protokol Cartagena. Perdagangan bebas produk pertanian seharusnya tetap membatasi penyebaran cendawan patogen. “Yang memprihatinkan cemaran mikotoksin menjadi salah satu faktor pembatas ekspor produk pertanian Indonesia,” jelas Rektor.
Di samping menimbulkan dampak negatif, cendawan juga mempunyai banyak manfaat. Pertanian berkelanjutan, lanjut Rektor,membutuhkan cendawan sebagai agen pengendali hayati dan pupuk hayati. Di suku-suku di Indonesia telah lama menggunakan cendawan sebagai bagian kuliner lokal, sebut saja tapai, tempe, oncom, gatot, kecap dan jamur pangan.
Deputi Kemenristek Bidang Pendayaan Ilmu dan Teknologi, Dr.Idwan Suhadi menyambut hangat hadirnya Mikoina yang akan memberikan kontribusi nyata di masyarakat. “Dalam sidang kabinet, Presiden SBY mengelompokkan berbagai komunitas yakni politik dan bisnis yang masing-masing mempunyai kepentingan. Khusus komunitas sains, presiden sangat menghargai keberadaannya karena seringkali memberikan masukan berharga dalam berbagai kebijakan pemerintahan. Saya berharap keberadaan Mikoina dapat membantu pembentukan roadmap penelitian dan peraturan terkait mikologi yang nantinya mendukung green economy,” kata Dr.Idwan. (ris)