Selain Sebagai Alternatif Kedelai, Kacang Komak Juga Bagus untuk Penderita Diabetes

Selain Sebagai Alternatif Kedelai, Kacang Komak Juga Bagus untuk Penderita Diabetes

Berita

Peneliti Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor (IPB), Dr.Arif Hartoyo berhasil meneliti keunggulan dan khasiat kacang komak. “Kacang komak sangat cocok sebagai pengganti kedelai. Kacang komak mengandung kadar protein tinggi yakni 21,42 persen dan lemak yang rendah yakni 0,98 persen. Kacang komak juga bisa menjadi bahan baku pangan fungsional karena  mengandung serat pangan tinggi, oligosakarida, fitosterol, flavonoid, globulin 7 S dan 11 S,” ungkap Dr.Arif dalam acara Coffee Morning, Jum’at (27/7) di Kampus IPB Darmaga.

Beberapa produk berbasis kacang komak diantaranya: tempe, kecambah,  daging tiruan dan isolat protein  yang bisa dijadikan bahan baku bakso. Isolat protein kacang komak juga mempunyai sifat fungsional seperti antioksida, antikolesterol, antidiabetes, dan anti obesitas. “Dari hasil penelitian menunjukkan mencit yang terkena diabetes dan kolesterol tinggi kemudian diberi isolat kacang komak kondisi sel beta-nya sama dengan mencit normal. Sementara mencit yang menderita diabetes dan kolesterol tinggi sel beta-nya tidak tampak,” jelas Dr.Arif.

Hal ini menurut Dr.Arif isolat kacang komak menstimulasi peningkatan jumlah sel beta pankreas, sekresi insulin, dan menghambat kerusakan sel beta pankreas sehingga jumlah insulin meningkat yang menyebabkan glukosa darah turun. Jumlah insulin meningkat juga menghambat sintesis VLDL (very low density lipoprotein) meningkatkan aktivitas reseptor LDL (low density lipoprotein) yang menyebabkan kolesterol turun. “Dengan hasil penelitian ini kacang komak sangat bagus untuk penderita diabetes melitus, karena bisa menurunkan kadar glukosa darah,” tandas Dr.Arif.

Untuk meningkatkan produksi kedelai dalam negeri, Peneliti Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB, Prof.Dr.Ir.Munif Ghulamahdi mengatakan pemerintah bisa melakukan gerakan massal budidaya jenuh air untuk peningkatan produksi kedelai di lahan petani pasang surut. “Lahan rawa pasang surut  Indonesia saat ini belum optimal dikembangkan. Padahal luas lahan rawa pasang surut  sangat luas yakni 20.1 juta hektar dan 2 juta hektar sesuai ditanami kedelai,” ujar Prof.Munif. Menanam  di lahan rawa pasang surut menjadi salah satu jawaban  keterbatasan lahan pertanian dan rendahnya produksi kedelai nasional.

Prof.Munif menawarkan teknologi Budidaya Jenuh Air (BJA) untuk mengatasi masalah pirit yang umumnya menjadi kendala utama lahan rawa pasang surut. Dengan teknologi ini berhasil dikembangkan kedelai dengan produksi 400 polong per tanaman. Lokasi percobaan dilakukan di lahan petani di Desa Banyu Urip, Kecamatan Tanjung Lago, Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan. (ris)