Gratisan Belajar di Sanggar Didik Impian (SDI) Desa Cibanteng
Beruntung sekali anak-anak desa Cibanteng ini. Mereka dapat memperoleh ilmudengan gratis dari mahasiswa IPB yang dengan penuh pengabdian rela berbagi ilmu untuk salah satu desa lingkar kampus ini. Sanggar Didik Impian (SDI), sebuah nama yang unik dan memantik dipilih oleh kelompok mahasiswa ini sebagai label untuk aktifitas belajar mengajar yang mulai aktif sejak 28 Oktober 2011 ini. Aktifitas mengajarnya diperuntukan baik bagi Pendidikan Anak Usia Dini maupun untuk anak usia kelas 6 SD.
SDI yang berlokasi di Majlis Talim Al Hidayah Kebon Kopi RT 1/RW 02 Desa Cibanteng ini mengerahkan sebanyak 26 mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama (TPB) IPB. Mereka adalah Akrom, Fajar, Handoko, Sarah, Diana, Milion, Nurrohman, Ramdan, Zahwan, Abdulloh, Giant, Wardah, Uswah, Zulfikar,Yuni,Nanda,Dita, Yunita, Akmal, Adis, Holil, Sarah, Gilang, Aisyah, Nerisa, Luqman Setiadi, dan Kurnia Romadona.
Materi yang diajarkan merupakan penguatan materi-materi umum yang biasa didapat di sekolah seperti matematika, IPA, IPS, agama, dan lain lain. “Selain itu, setiap dua bulan
sekali kami adakan kegiatan Nonton Bareng (Nobar), “ ujar Lukman, salah satu mahasiswa pengajar SDI.
Lebih lanjut Lukman menyampaikan tujuan Nobar adalah untuk menyaksikan film yang menarik dan memotivasi anak-anak untuk berjuang dan berprestasi. “Kami juga telah memberikan pohon untuk masing-masing kelas yaitu pohon Rambutan Irian, supaya mengikat mereka untuk mengikuti kegiatan ini. Pohon tersebut dirawat oleh siswa-siswa di masing-masing kelas. Selain itu, kami juga mengajarkan mereka untuk berkreatifitas mulai bernyanyi, menari, dan
membuat aneka prakarya, “ jelasnya.
“Saat ini jumlah siswa yang belajar di sanggar kami kurang lebih 40 orang. Sebetulnya sasaran kegiatan Sanggar Didik Impian ini adalah untuk anak-anak pemulung yang ada di desa Cibanteng, “ tandasnya. Lukman berharap dengan didirikannya sanggar ini akan dapat meningkatkan kepedulian mahasiswa kepada kondisi sosial di sekelilingnya. Siswa dan masyarakat perlu didorong akan pentingnya pendidikan di masa depan, selain mengajarkan mereka untuk mencintai ilmu pengetahuan.
Lukman mengisahkan pengalaman lucu saat pertama kali mengajar di SDI. Ia sempat diidolakan oleh anak muridnya yang berumur 4-5 tahun itu. “Baju saya hampir sobek
ditarik-tarik mereka, “ kenangnya sambil tersenyum. (dh)