Pertanian Adalah Martabat Bangsa
Pendidikan pertanian masih sangat diperlukan di negeri ini. Jika kita tidak menyediakan petani yang terdidik, maka tidak mustahil pertanian kita akan dikuasasi oleh asing.
Penegasan ini disampaikan Ketua Senat Fakultas Pertanian IPB, Prof Dr Roedhy Poerwanto, di acara Seminar “Refleksi Masa Depan Pembangunan dan Pendidikan Pertanian Indonesia” dalam rangka Peringatan 60 Tahun Peletakan Batu Pertama Kampus Baranangsiang IPB, Senin (30/4) di IPB International Convention Center (IICC) Bogor. Acara dibuka secara resmi oleh Rektor IPB Prof.Dr. Herry Suhardiyanto dan diikuti para Dekan Fakultas Pertanian se-Indonesia.
Sebelumnya, Prof Roedhy dalam makalahnya berjudul “Menyongsong Era Baru Pendidikan Pertanian Indonesia” menyebut bahwa sumberdaya manusia (SDM) yang bekerja di sektor pertanian didominasi para petani yang hanya lulusan Sekolah Dasar (SD) bahkan tidak tamat SD sebanyak 75 persen, selanjutnya 15 persen berpendidikan SMP, sembilan persen SMA, dan hanya satu persen saja yang berpendidikan sarjana.
“Sayangnya, muncul pertanyaan bahkan oleh banyak akademisi, yang mempertanyakan perlukah pendidikan tinggi pertanian. Seperti dengan adanya slogan more than just agriculture, keinginan sebagian staf IPB untuk menjadikan IPB sebagai universitas, dan beberapa Rektor PTS (Perguruan Tinggi Swasta, red) yang mempunyai Fakultas Pertanian ingin menutupnya,” urai Prof Roedhy.
Karenanya, lanjut Prof Roedhy, saat ini perlu seseorang atau organisasi yang mampu menginspirasi siswa untuk belajar bidang pertanian sebagaimana pidato Bung Karno pada tahun 1952, yang telah menginspirasi para siswa untuk belajar bidang pertanian.
Saat itu, Bung Karno menyeru para pemuda Indonesia, bahwa studi ilmu pertanian dan kehewanan tidak kurang pentingnya dari studi-studi lain, tidak kurang memuaskan jiwa yang bercita-cita dari pada studi yang lain-lain.
Lalu bagaimana sosok sarjana pertanian masa depan? Prof Roedhy menggambarkan, sarjana dimaksud adalah harus dapat menguasai keilmuan pertanian, mempunyai skill dalam ‘operasi’ pertanian, mempunyai pengetahuan mutakhir terkait dengan bisnis dan teknologi pertanian, mampu memanfaatkan sumberdaya informasi, berkarakter dan berbudaya, mengenal, menjiwai dan mencintai pertanian dan lingkungannya, serta berjiwa wirausaha.
“Pertanian adalah kedaulatan dan martabat bangsa. Sebuah negara dianggap sebagai bangsa dengan sosial dan politik yang stabil jika memiliki dasar pertanian sangat stabil. Negara besar yang tidak mampu menyediakan pangan yang cukup bagi masyarakatnya akan hancur,” tandas Prof Roedhy.
Seminar dengan moderator Prof Dr Syafrida Manuwoto ini juga menghadirkan pembicara Dekan Fakultas Pertanian IPB Dr Ernan Rustiadi yang menyampaikan makalah bertajuk ‘Masa Depan Pembangunan Pertanian Indonesia’, dan Dr Robert Manurung, dari Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati, Institut Teknologi Bandung. Dengan judul makalah ‘Menyongsong Era Pertanian Industrial dan Industrialisasi Perdesaan’.
Dr Ernan menyebut dua prasyarat utama sebagai arah pembangunan pertanian Indonesia pada 30 tahun yang akan datang. Pertama, adanya dukungan politik kebijakan dan komitmen pemerintah yang konsisten. Diwujudkan melalui alokasi anggaran pembangunan, infrastruktur dan peningkatan pada akses permodalan, dan investasi. Kedua, penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi pertanian tropika. (nm)