Pertanian Indonesia Harus Belajar ke Brasil
Dekan Fakultas Pertanian IPB, Dr Ernan Rustiadi, mendorong Indonesia untuk bekerjasama dengan Negara Brasil dalam bidang pertanian. Brasil dinilai Dr Ernan telah berhasil memajukan negaranya melalui pertanian tropika. Bahkan diperkirakan Brasil akan menjadi ‘raksasa ekonomi’ dunia berbasis pertanian.
Dr Ernan mengatakan, dorongan ini hanyalah jalan pintas dari beragam upaya yang sebenarnya masih bisa dilakukan Indonesia dalam memajukan pertanian. Ragam upaya tersebut diantaranya adalah dengan mengembangkan riset terutama di bidang pemuliaan. Hanya saja, kata Dr Ernan, riset tersebut tidak akan mendatangkan manfaat jika pemerintah tidak punya perhatian yang besar dan pendanaan yang cukup untuk mendiseminasikan dan menerapkan hasil riset dimaksud.
“Selama ini kerjasama Indonesia dalam bidang pertanian orientasinya adalah Jepang, negara-negara di Eropa dan Amerika, yang justru memiliki perbedaan dalam musim. Sedangkan dengan sesama negara tropis, sangat kurang kerjasama,” kata Dr Ernan mengungkap alasan lain dari dorongannya agar Indonesia melakukan kerjasama dengan negara Brasil.
Dr Ernan menyampaikan hal itu pada acara Coffee Morning bertajuk “Masa Depan Pertanian Indonesia yang Lebih Baik” yang diselenggarakan oleh Bidang Humas dan Protokol Sekretaris Eksekutif IPB, Selasa (24/4) di Kampus IPB Baranangsiang Bogor.
Dr Ernan yang baru-baru ini melakukan kunjungan kerja bersama Kementerian Pertanian RI ke Brasil menyebut, bahwa sejak tahun 1970-an Brasil hampir tidak lagi merasakan krisis bahan bakar. Padahal negara ini bukanlah negara penghasil minyak. Mengapa demikian? Pasalnya komoditas pertanian negara tersebut seperti jagung dan tebu diarahkan untuk menjadi etanol dan biodiesel atau bahan bakar berbasis nabati yang ternyata mampu memenuhi kebutuhan warganya terhadap bahan bakar.
Sementara, produk lain dari tebu Brasil berupa gula diekspor ke sejumlah negara, termasuk ke Indonesia. “Para petani tebu kita harus bersaing dengan gula dari Brasil,” ujar Dr Ernan.
Dr Ernan juga mengingatkan, bahwa pada tahun 2020 mendatang Brasil siap membuka lima juta hektar lahan untuk tanaman sawit, yang juga diarahkan untuk memproduksi bahan bakar berbasis nabati.
“Untuk tanaman sawit, Brasil masih belajar. Sementara Indonesia sudah unggul bahkan menjadi pengekspor CPO (Crude Palm Oil atau minyak kelapa sawit) terbesar di dunia. Namun jika kita lengah sedikit saja, maka CPO kita bisa dikalahkan Brasil juga,” pungkas Dr Ernan, seraya mengatakan dirinya lebih setuju Indonesia mengekspor mentega dibanding mengekspor CPO. (nm)