Negara Rentan Jika Hanya Bergantung Pada Satu Makanan Pokok

Negara Rentan Jika Hanya Bergantung Pada Satu Makanan Pokok

agrinex
Berita

Dalam pandangan Prof.Dr.Ir. Purwiyatno Hariyadi, gerakan diversifikasi pangan belum berhasil mengubah pola konsumsi masyarakat Indonesia. Menurutnya jika kita tergantung pada satu jenis makanan pokok, maka resiko yang dihadapi akan sangat besar dan negara menjadi rentan. Oleh karenanya, perlu ada dorongan yang kuat untuk mensukseskan diversifikasi pangan, termasuk dalam hal ini pihak industri perlu didorong untuk memproduksi produk-produk pangan olahan berbasis bahan-bahan baku lokal yang sangat kaya di Indonesia.
 
Prof. Purwiyatno menambahkan, ketika bicara diversifikasi pangan kita ubah tujuan bukan untuk kurangi beras, tapi untuk membuat menu menjadi lebih bergizi.  “Sekarang menu pangan kita masih terlalu banyak di dominasi beras. Ubah kebiasaan makan banyak beras karena kurang sehat. Tujuannya adalah bagaimana menciptakan individu yang sehat dan produktif itu bisa dicapai dengan produk pangan yang beragam. Jika ini dilakukan maka, pelan-pelan diversifikasi pangan akan terjadi, “ jelasnya.  Lebih lanjut dikatakannya, kalau kita mau meniru model komunikasi yang berhasil dalam kontkes diversifikasi pangan ini adalah saat gandum disosialisasikan sebagai pilihan alternatif pangan.
 
Ditambahkannya,  hal yang penting sekarang adalah bagaimana menciptakan produk pangan selain beras yang mudah diolah dan menarik minat. Untuk produk pangan selain beras, harus memiliki kriteria mudah diolah. Selama ini, produk diversifikasi pangan yang ditawarkan membutuhkan usaha yang lebih keras dalam mengolahnya jika dibandingkan dengan mengolah beras,” ujar Kepala Seafast Center, LPPM IPB saat menjadi narasumber talkshow bertajuk Paradigma Baru Diversifikasi Pangan di ajang Agrinex 2012 Jakarta Convention Center (30/3).
 
Sementara itu, menurut Ir. Gayatri K Rana, MSc, Kepala Pusat Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan,  Badan Ketahanan Pangan Nasional RI, mengatakan “Tahun 1950-an, pangan pokok beras masih 50%, yang lain seperti jagung, ketela, dan sagu. Lalu 30 tahun kemudian beras kontribusinya mencapai 80%.  Kini, konsumsi beras hampir 100%.  Saat ini anak-anak mengenal makanan pokok mereka adalah beras,” ujarnya.
 
Ditandaskannya, diversifikasi pangan memiliki sejarah panjang.  Faktor budaya menjadi faktor dominan yang mempengaruhi berhasil tidaknya diversifikasi pangan.  “Ternyata mengubah budaya itu tidak mudah.  Namun, kita tidak boleh berhenti.  Upaya harus terus dilakukan, “ tandasnya. (zul)