Mahasiswa IPB Kembangkan Eco-Pump Tanpa BBM dan Listrik Non-stop 24 Jam

Mahasiswa IPB Kembangkan Eco-Pump Tanpa BBM dan Listrik Non-stop 24 Jam

Berita

Ketersediaan air bersih dan manajemen pengolahan air pertanian menjadi perhatian enam mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB). Yakni Muhammad Nafis Rahman, Hafiyyan Naufal, Nopri Suryanto, Noor Hasan Nawawi, Aditya Nugraha, Adi Purnama Nur’aripin, dari Departemen Teknik Mesin dan Biosistem (TMB) dengan mengembangkan pompa hidram dan water filter ramah lingkungan.

“Awal mula mengembangkan eco-pump dilatarbelakangi oleh adanya kondisi pedesaan yang langka air bersih. Di wilayah pedesaan di Bogor, supply air memang tidak kekurangan, tetapi kebutuhan air bersih itu kurang sehingga perlu teknologi inovasi yang tepat guna yang sesuai dengan kriteria dan spesifikasi wilayah tersebut. Pemompaan air yang sesuai lingkup pedesaan serta adanya keterbatasan energi mendorong kami merancang inovasi baru,” ujar Nafis.

Nafis menambahkan, teknologi pompa hidram hasil rancangan mahasiswa TMB ini memanfaatkan kekuatan dari air dinamis dengan energi yang digunakan untuk diakselerasi tenaganya untuk menaikkan air ke atas. Teknologi ini dirancang tanpa menggunakan BBM dan listrik untuk meringankan beban masyarakat di pedesaan.

“Selain itu, water filter-nya juga kami desain dari bahan dan komponen yang berasal dari pedesaan itu. Sederhana saja kerikil, serabut kelapa dan bahan lain yang sudah ada di pedesaan kami manfaatkan sehingga inovasi ini tidak meninggalkan kearifan lokal,” ujarnya.

Prinsip kerja dari Eco-pump ini mengadopsi dari pompa Hidram. Yakni terbagi dalam dua buah klep, yaitu klep pem¬buangan dan klep penghisap. Air masuk dari terjunan melalui pipa A, klep pem¬buangan terbuka sedangkan klep peng¬hisap tertutup. Air yang masuk memenuhi rumah pompa mendorong ke atas klep pembuangan hingga menutup.

Dengan tertutupnya klep pembuangan meng¬akibatkan seluruh dorongan air menekan dan membuka klep penghisap dan air masuk memenuhi ruang dalam tabung kom¬presi di atas klep penghisap. Pada volume tertentu pengisian air dalam tabung kompresi optimal, massa air dan udara dalam tabung kompresi akan mene¬kan klep penghisap untuk menutup kem¬bali, pada saat yang bersamaan sebagian air keluar melalui pipa B.

Dengan tertutup¬nya kedua klep, maka aliran air dalam rumah pompa berbalik berlawanan dengan aliran air ma¬suk, diikuti dengan turunnya klep pembu¬angan karena arah tekanan air tidak lagi ke klep pembuangan tetapi berbalik ke arah pipa input A. Pada saat inilah hantaman –ram palu air (water hammer) itu terjadi, dimana air dengan tenaga gravitasi dari terjunan menghantam arus balik tadi, 2/3 debit keluar lubang pembuangan, semen¬tara yang 1/3 debit mendorong klep penghisap masuk ke dalam tabung pompa sekaligus men¬dorong air yang ada dalam tabung pompa untuk keluar melaui pipa output B. Begi¬tulah energy hantaman yang ber¬ulang-ulang mengalirkan air ke tempat yang lebih tinggi

“Jadi secara umum pompa hidram dimanfaatkan untuk mendistribusikan air dalam jumlah besar dari dataran rendah ke dataran tinggi. Eco-Pump ini bahkan dapat bekerja selama 24 jam sehingga kebutuhan air dalam jumlah besar dapat terpenuhi bahkan untuk kebutuhan satu rukun tetangga (RT). Inovasi ini sudah diterapkan di desa Situ Daun, Tenjolaya Kab. Bogor,” tegasnya.

Prospek penerapan teknologi ini untuk masyarakat sangat besar. Pemerintah daerah (Pemda) Gunung Kidul sudah menyatakan keinginan untuk menerapkan teknologi ini di wilayhnya. Selain itu, teknologi ini sudah pernah dipresentasikan di Nigata University (Jepang), di Chiang May University (Thailand) dan Universitas Putra Malaysia (UPM).

Sebelum mendapatkan Juara Favorit dalam Youth Technopreuner Bank Mandiri, inovasi ini sudah pernah diajukan ke Program Kreatifitas Mahasiswa bidang Penelitian (PKM P). “Hasilnya kurang memuaskan, kami tidak lolos PKM P, namun kami memiliki prinsip bahawa sebuah inovasi atau teknologi wajib diaplikasikan dan disebarkan kepada masyarakat,”
tambahnya.

Sebagai mahasiswa, hal yang paling mudah dan sederhana untuk dilakukan adalah kita cukup mengaplikasi ilmu yang kita dapat untuk masyarakat. Kita memiliki tanggungjawab terhadap ilmu yang kita miliki, karema kita disubsidi oleh rakyat melalui pajak yang mereka bayarkan. Disadari atau tidak kita punya kewajiban untuk mengaplikasikan ilmu yang kita dapat untuk pengabdian kepada masyarakat, Insya Allah dunia akhirat kita dapatkan,” tandasnya.(zul)