Manajemen Pangan Rumah Tangga di Tengah Melonjaknya Harga

Manajemen Pangan Rumah Tangga di Tengah Melonjaknya Harga

Berita

Saat menjelang lebaran kebanyakan ibu-ibu menyediakan makanan yang lebih wah dari biasanya. Jika tidak menyediakan aneka rupa makanan kesannya tidak percaya diri padahal makanan yang kita makan pada hari itu seragam. Dengan hidangan yang sama. Beberapa studi menunjukkan terjadi kenaikan permintaan terhadap beberapa produk sebesar 10-15% seperti daging, telur, tepung dan ayam.
 
“Jenis belanja yang sama itu menjadi titik lemah konsumen sehingga menjadi keuntungan pedagang. Harus ada pembelajaran bagi konsumen untuk mengkonsumsi makanan yang bervariasi dan tidak perlu harus menyediakan makanan khas lebaran dan diganti dengan jenis masakan yang lebih afdhol lagi,” ujar Dr. Ir. Yayuk F. Baliwati, MS, staf pengajar Departemen Gizi Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia (Fema) IPB dalam Dialog Sore di RRI Bogor (9/8).
 
Untuk manajer restoran rumah tangga (ibu rumah tangga) ada kiat agar bisa ikut berkontribusi dalam menurunkan harga. Jika kita tidak mampu membeli bahan pangan tertentu ada bahan pengganti yang lebih murah. Kalau tidak mampu beli daging bisa beli kacang-kacangan yang jumlah proteinnya tidak kalah dengan daging. Sehingga pada akhirnya kalau tidak ada permintaan maka otomatis harga akan turun.
 
Sementara itu, untuk mengantisipasi kenaikan harga pangan, kita menerapkan pola konsumsi yang baik berdasarkan gizi seimbang dimana porsi lauk pauk dan sayuran seimbang. Dan antisipasi dari sisi pemerintah adalah dengan operasi pasar.
 
Menurutnya, kalau sebelum hari raya sudah didiskusikan jumlah stok dan jumlah pasokannya, pemerintah bisa menjaga harga agar tetap stabil. Idealnya dalam mekanisme kerja tata pemerintahan harus ada tim pemantau harga pangan yang memantau harga pangan harian, mingguan, bulanan dan tahunan sehinga bisa dibuat pola dan diidentifikasi berapa kenaikannya.
 
“Namun kadang pemerintah agak tertinggal dalam bereaksi dan merespon pergerakan harga jika dibandingan dengan pedagang,” tambahnya.
 
Sementara itu, spekulan sudah mengamati perilaku konsumen selama bertahun-tahun. Padahal sebetulnya hal-hal seperti ini menjadi tugas unit kerja ketahanan pangan di pusat maupun lokal. Mereka harus konsolidasi dengan Kementerian Perdagangan dan Kementerian Perhubungan. Karena tidak bisa berdiri sendiri dan tergantung dengan efektifnya sarana distribusi dan produksinya sendiri.
 
Sebenarnya di berbagai daerah ada tim pengendali inflasi yang setiap bulan bertemu membahas perubahan harga. Mekanisme kerja mereka sudah bagus, yang belum adalah volumenya.  Jadi belum tampak ada perhatian serius tentang hal ini di suatu wilayah.(zul)