Penyakit Blast pada Tanaman Padi Mulai Menyerang Persawahan

Penyakit Blast pada Tanaman Padi Mulai Menyerang Persawahan

Berita

Ilmuwan Institut Pertanian Bogor (IPB) dan beberapa ilmuwan dari Amerika sepakat bahwa beberapa tanaman beradaptasi terhadap perubahan iklim dengan melakukan mutasi genetik. Di Indonesia, ditemukan perubahan gen ini terjadi pada tanaman padi yang terserang penyakit blast. Adapun ciri tanaman padi yang terserang adalah terdapat bercak putih di tengah daun, dan sekelilingnya berwarna coklat.

 

Menurut Dr. Utut Widyastuti, Dosen Departemen Biologi IPB, blast merupakan salah satu penyakit yang sangat merugikan petani. “Di Asia, penyakit ini bisa menurunkan produktivitas hingga 50%. Untuk Indonesia sekitar 12% dari total lahan sawah,” ujarnya saat menjadi narasumber dalam Seminar Internasional bertajuk “Climate Change : Challenge in Diversity and Genomic Adaptation” di Auditorium Thoyib Hadiwijaya, IPB Darmaga (12/7).

 

Biasanya penyakit ini menyerang sawah dataran tinggi, namun saat ini sudah ditemukan penyakit blast di lahan persawahan dataran rendah. Dr. Utut mengatakan pada tahun 2005 lahan persawahan di daerah Jasinga Bogor sudah menjadi endemik penyakit ini. “Padahal sebelumnya di daerah ini belum pernah terkena penyakit blast. Hal ini sangat membahayakan karena penyakit ini sudah berpindah dari penyakit untuk lahan dataran tinggi menjadi penyakit di lahan persawahan dan dapat menyerang saat fase vegetatif dan fase generatif dari tanaman padi,” ujarnya.

 

Oleh karenanya sejak tahun 2002, Dr. Utut mengambil isolat blast yang ada di rumput untuk diteliti pola serangannya terhadap padi. Setelah dimonitor terhadap isolat yang menginfeksi rumput, ada tiga gen yang bertanggung jawab terhadap ketahanan tanaman padi dari serangan penyakit blast yakni gen CUT 1, Erg dan Pwl 2. “Jika dalam tiga hari setelah tanaman padi terinfeksi blast tidak ditemukan ketiga gen ini, maka dapat dipastikan tanaman tersebut tidak tahan serangan,” jelasnya.

 

Setelah diinfeksikan ke tanaman padi, terjadi mutasi gen akibat dari proses adaptasi yang dilakukan oleh penyakit blast. Gen CUT 1 yang awalnya ada di blast yang menginfeksi rumput ternyata tidak ditemukan di blast yang menginfeksi padi. Sedangkan untuk gen Pwl 2 terjadi hal yang sebaliknya.

 

“Mutasi gen ini terjadi karena penyakit blast mampu beradaptasi terhadap inangnya, sehingga dikhawatirkan terjadi pandemik yang lebih besar. Selain itu kemampuannya yang bisa berpindah dari penyakit dataran tinggi ke daerah persawahan (dataran rendah) juga sangat meresahkan. Sehingga perlu ada penelitian lanjutan untuk mengatasi penyebaran penyakit ini” tambahnya.

 

Selain Dr. Utut, Direktorat Riset dan Kajian Strategis IPB selaku penyelenggara juga menghadirkan Beth Saphiro dari Pennsylvania State University, Michael D. Purugganan dari New York University, Jessica Hellman dari University of Notre Dame, Richard Edward Green dari University of California Santa Cruz dan Satya Nuhroho dari LIPI.

 

“Kami sengaja menghadirkan peneliti-peneliti muda dari luar untuk berbagi informasi riset ke depan agar kualitas penelitian kita tidak tertinggal jauh,” ujar Dr. Iskandar Zulkarnaen Siregar, Direktur Riset dan Kajian Startegis IPB.(zul)