Kekayaan Fauna Khas Ekosistem Goa Ciampea Terancam Punah

Kekayaan Fauna Khas Ekosistem Goa Ciampea Terancam Punah

Berita

Perkumpulan Mahasiswa Pecinta Alam Institut Pertanian Bogor LAWALATA IPB berhasil mengumpulkan 46 spesimen yang berada di ekosistem gua dalam penelitian bertajuk “Keanekaragaman Fauna Khas dalam Sistem Pergoaan di Kawasan Karst Ciampea”  pada bulan Februari sampai Maret 2011 lalu.  Tim peneliti berhasil memasuki tiga dari 13 ekosistem gua yang terdata, yaitu Goa Sigodawang, Sidempet, dan Sipanjang di Desa Ciampea Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor.  Sayangnya, kekayaan ini mengahadapi ancaman kepunahan dari aktivitas penambangan batu kapur.

Penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan data awal  sebaran dan jenis fauna khas ekosistem goa Ciampea diharapkan dapat menjadi bahan untuk meninjau ulang kegiatan penambangan batu kapur yang  mengancam kelestarian ekosistem gua,  termasuk habitat fauna khas ini.  Tim Peneliti yang melinbatkan 9 orang anggota LAWALATA IPB melakukan pengambilan data dalam 3  tahap pada tiga goa yang berbeda, yaitu pada tanggal 20 Februari, 26 Maret dan 27 Maret 2011, dan dilanjutkan dengan identifikasi sampel di laboratorium Molekuler Departemen Biologi IPB dan Laboratorium Entomologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Metode pengambilan sampel dilakukan dengan cara koleksi langsung.

Goa Sigodawang, Sidempet dan Sipanjang dipilih karena diperkirakan memiliki potensi  besar sebagai habitat  fauna gua yang mampu hidup dalam  intensitas cahaya yang sangat minim bahkan dalam zona gelap abadi.  Ketiga goa ini merupakan goa vertikal, sehingga tim menggunakan teknik tali tunggal (Single Rope Technique) untuk memasukinya.

Tim Peneliti berhasil mengumpulkan 46 jenis Arthropoda yang terdapat pada 11 ordo , 16 family dan 4 genus dimana secara morfologi maupun ukuran memiliki perbedaan yang khas. Family yang ditemukan adalah keluarga Rhaphidophoridae, Staphylinidae, Carabidae, Reduviidae, Gryllidae, Blattidae, Blaberidae, Pentatomidae, Formicidae, Scuttigeridae, Parajulidae, Oxydesmidae, Polydesmidae, dan Charontidae. Kebanyakan serangga yang ditemukan termasuk family Blattidae atau serangga kecoa-kecoaan dan family Gryllidae atau serangga jangkrik-jangkrikan.

Serangga jangkrik yang ditemukan di ketiga gua memiliki antena yang sangat panjang,  mencapai 5 kali panjang tubuhnya.  Jangkrik gua ini ditemukan pada dinding-dinding goa sampai pada  kedalaman 35 meter. Kekhasan jangkrik ini yaitu hanya dapat ditemukan di dalam ekosistem goa dan merupakan spesies khas goa. Jangkrik ini termasuk kedalam genus Rhaphidophora sp, selain jangkrik ditemukan juga fauna Arthropoda sejenis kelabang-kelabangan yang memiliki tungkai (kaki) dan antena yang panjang sebagai bentuk adaptasi terhadap lingkungan goa yang memiliki intensitas cahaya rendah. 

Kondisi lingkungan goa yang unik mendorong timbulnya respon-respon tubuh fauna di dalamnya, baik  secara fisiologis maupun  morfologis.  Dalam jangka panjang, sangat mungkin ditemukan spesies-spesies baru dan khas penghuni goa di kawasan karst Ciampea.  Ekosistem goa Ciampea bukan saja menyimpan kekayaan fauna khas, namun juga membentuk sebuah sistem hidorologi yang rumit dimana sumber air mangalir di dalamnya.  Sumber air inilah yang mengisi air bawah tanah dan menjadi penopang kebutuhan dasar hidup masyarakat.  Penambangan batu kapur secara cepat akan merusak sistem hidrologi dan mempercepat kepunahan fauna khas goa.  Lawalata-IPB mendorong Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor untuk meninjau ulang aktivitas usaha pertambangan yang merusak tersebut.(lwlt)