Cegah Pengangguran Intelektual, IPB Datangkan Arifin Panigoro dan Anies Baswedan

Cegah Pengangguran Intelektual, IPB Datangkan Arifin Panigoro dan Anies Baswedan

Berita

IPB-Selasa, 27/07/2010.  Jangan menambah pengangguran intelektual, itulah kata pembuka yang ditandaskan Andy F Noya (Presenter Kick Andy) saat memandu acara pembekalan wisudawan baru bertajuk “Merebut Masa Depan! Bangun Energi, Pangan dan Pendidikan” yang digelar Direktorat Pengembangan Karir dan Hubungan Alumni (DPKHA) Institut Pertanian Bogor (IPB), 27/7.  Acara ini sangat bermanfaat dalam memberikan pembekalan wawasan dan motivasi bagi para lulusan baru IPB.

Dengan gaya memandu Kick Andy-nya, Andi F Noya melontarkan pertanyaan menukik kepada Arifin Panigoro mengapa Bos Medco Group itu begitu getol berbicara tentang dunia bisnis kepada mahasiswa (anak muda) di manapun negara yang dikunjunginya?  Arifin Panigoro mengawali cerita tentang sebuah sekolah politeknik di Perancis yang saat ini  mendapat julukan  “Sekolah Presiden” karena orang-orang top di Perancis adalah lulusan sekolah tersebut.  Begitu pula dengan IPB, menurutnya harus menjadi sekolah bagi calon-calon pemimpin bangsa.  Lebih lanjut dikatakannya, “Tantangan kita ke depan  adalah krisis pangan dan energi.  Energi sudah krisis duluan, pangan mungkin akan menyusul.  Untuk itu pikirkan bagaimana menjawab tantangan di bidang pangan dan energi, bidang yang ilmunya saudara geluti selama ini di IPB, “ tantangnya di hadapan ratusan calon wisudawan baru dan mahasiswa baru IPB yang memadati Graha Widya Wisuda (GWW) Kampus IPB Darmaga.

Dikisahkannya daerah Merauke yang memiliki potensi yang demikian besar.  “Merauke bukan saja disediakan untuk Indonesia saja, tetapi merupakan lumbung bagi regional Asia.  Kita butuh ribuan tenaga-tenaga pertanian untuk mengembangkan sumberdaya di Merauke yang luas lahannya berpuluh  juta hektar.  Berbagai penelitian dikembangkan di Merauke.  Segala isu masuk mulai dari  pertanian, kehutanan, lingkungan, sosial, dan sebagainya.  Merauke butuh sarjana-sarjana berbasis pertanian dari IPB.  “Saya tantang Anda bergabung untuk mengolah bumi Merauke.  Ini harus menjadi hal yang menantang bagi sarjana lulusan IPB.  Kita jangan pesimis, “ tandasnya.

“Pertanian sangat luar biasa potensi, “ tegasnya. Dengan nada seloroh, Arifin Panigoro mengatakan, “Saya menyesal jadi lulusan teknik elektro ITB, jika saya tahu dari dulu bahwa potensi pertanian itu demikian luar biasa kayanya.  Jadi mengapa Anda-anda yang lulusan IPB tidak tertantang dengan semua itu?”  Ungkapan Arifin Panigoro itu tentu bukan karena tidak mengapresiasi ITB yang telah mendidiknya, namun lebih karena untuk memotivasi dan membuka mata lulusan IPB bahwa pertanian adalah aktivitas maha kaya yang menawarkan peluang luar biasa prospektifnya.

Tak kalah inspiratifnya adalah Anies Baswedan, Rektor Universitas Paramadina yang tercatat sebagai Rektor termuda ini mengajak para sarjana baru IPB untuk bergabung dalam  Gerakan Indonesia Mengajar.  Gerakan yang dirintisnya sejak setahun lalu ini memberikan kesempatan bagi para sarjana yang memiliki motivasi tinggi untuk turut berperan dalam peningkatan pendidikan di Indonesia dengan menjadi pengajar muda di berbagai daerah yang kekurangan guru.  “Tak hanya mengajar, melalui Gerakan Indonesia Mengajar ini para sarjana juga dituntut untuk memberikan inspirasi pada anak-anak SD serta  para orangtua di daerah-daerah terpencil tersebut agar bergerak menatap masa depan dengan terus belajar menggapai mimpi, “ papar Anies Baswedan.  Menurutnya gerakan ini menjadi penting mengingat mahalnya pendidikan di Indonesia saat ini.  Terhadap fenomena ini, Anies Baswedan mengatakan, IPB termasuk yang bersahabat dengan rakyat Indonesia karena biaya pendidikan yang
tak terlalu tinggi.

Terkait persyaratan, Anies Baswedan menandaskan, selain IPK yang baik, berbagai kriteria ditetapkan untuk calon pengajar ini diantaranya usia maksimal 25 tahun dan belum menikah; memiliki jiwa kepemimpnan, problem solver, kepedulian sosial yang tinggi, antusiasme dan spirit dalam dunia pendidikan, khususnya proses mengajar. Para calon pengajar ini nantinya akan dilatih selama tiga bulan sebelum diterjunkan ke berbagai daerah di tanah air.  “Dengan bergabung di gerakan ini, sesungguhnya Anda sedang menyiapkan track untuk masa depan Anda yang lebih baik, “ tandasnya.

Pada kesempatan tersebut Direktur DPKHA IPB, Dr. Dodik Ridlo Noorahmat mengatakan, kegiatan pembekalan ini diselenggarakan IPB setiap menjelang mereka diwisuda. “Kegiatan semacam ini untuk menyiapkan alumni IPB agar siap memasuki dunia kerja apakah sebagai profesional maupun sebagai wirausahawan, “ jelasnya.  Rektor IPB, Prof. Dr. Ir. Herry Suhardiyanto dalam sambutan pembukaan mengatakan, bagi IPB melepas para lulusan adalah kebahagiaan tersendiri tetapi juga diiringi dengan harap-harap cemas apakah lulusan IPB ini akan segera dapat berkarya  nyata di masyarakat ataukah akan semakin menambah daftar angka pengangguran.  “Acara ini akan meningkatkan kesiapan aluni untuk memasuki  dunia kerja.  Acara ini luar biasa karena dihadiri pembicara yang sangat berkompeten.  Ini  kesempatan berharga bagaimana memulai berkarya di masyarakat, “ ungkap Rektor.

Pada kesempatan ini juga dilakukan penandatanganan Memorandum of Understanding  antara  IPB dan Bank Saudara serta antara IPB dengan Yayasan Indonesia Mengajar.  Masing-masing naskah kesepahaman ditandatangani oleh Prof. Dr. Ir. Herry Suhardiyanto, Msc dan Direksi Bank Saudara Farid Rachman, SE, MBA  serta Prof. Dr. Ir. Herry Suhardiyanto, Msc dan Dr. Anies Baswedan (Ketua Yayasan Gerakan Indonesia Mengajar).  Penandatanganan kedua MoU tersebut dilakukan dengan disaksikan Dr. HC. Ir. Arifin Panigoro (Owner Medco Group).  Pada kesempatan tersebut juga dilakukan  penyerahan secara simbolis Buku “Berbisnis Itu (Tidak) Mudah” dari Arifin Panigoro kepada Rektor IPB.  Keseluruhan acara pada hari itu tampak semarak dengan penampilan Rampak Kendang dari Unit kegiatan Mahasiswa (UKM) Gentra Kaheman IPB turut memeriahkan acara ini. (nUr)