Silver College IPB Bagi Para Lansia

Silver College IPB Bagi Para Lansia

Berita



Silver
College
resmi didirikan di IPB, Sabtu (5/6). Silver College
merupakan wadah bagi para lansia untuk berkiprah memberdayakan masyarakat dan
membangun negara pada kesempatan kedua. Bagi IPB, berdirinya Silver College menggenapi Paguyuban Pensiunan Pegawai
(P3) IPB dan Warga Usia Lanjut (Wulan) IPB.

Silver
College

sendiri merupakan
program khusus yang digulirkan Yayasan Damandiri untuk membina para lansia,
agar mereka lebih mampu memberikan dharma baktinya pada keluarga dan
masyarakat. Kata “silver” dipilih sebagai asosiasi dari pertanda lansia, yakni
munculnya uban yang notabene berwarna silver.

Peresmian ditandai dengan penyematan pin
oleh Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan IPB Prof.Dr. Yonny
Koesmaryono,  kepada Ketua P3 IPB
Prof.Dr. Sudarmadi, Koordinator Wulan IPB Prof.Dr. Clara M Koesharto, Ketua
Agrianita IPB Ny. Enny H Suhardiyanto, perwakilan Dewan Guru Besar IPB …… , dan
Kepala Pusat Pengembangan Sumberdaya Manusia (P2SDM) LPPM IPB Dr. Pudji
Mulyono.

Prof.Dr. Yonny menyambut baik dan
mengapresiasi berdirinya Silver College
di IPB.  Melalui kelembagaan ini, jelas
Prof.Dr. Yonny, para lansia yang memiliki potensi dan kemampuan bisa terus
diasah agar bermakna, untuk melakukan darma baktinya yang kedua.

Ketua Panitia, Prof.Dr. Clara mengatakan,
upaya pendirian Silver Club ini
ditujukan untuk memunculkan potensi mereka ke permukaan. Juga memberikan
“kesempatan kedua” kepada lansia untuk memberikan pengabdian dalam
memberdayakan keluarganya, masyarakat dan membangun negara.

Peresmian Silver College
menjadi kian semarak
dengan digelarnya Seminar Nasional Kesempatan Lansia Berkarya : “Sehat,
Mandiri, Produktif, dan Bermakna”.

“Saya punya prinsip, bahwa lansia tidak
boleh tergantung dari orang lain,” kata Ibu Nurmah, peserta seminar, yang
disambut tepuk tangan yang hadir. Di kota
asalnya, Tasikmalaya, Ibu Nurmah memiliki yayasan yang khusus mengurus para
lansia dan anak yatim.
Saat ini, tercatat 700 orang lansia yang bernaung di
yayasan-nya.

Pembicara seminar
sesi pertama adalah Dr. Ratnasari Azhari, Kepala Pusat Penelitian dan
Pengembangan Keluarga Sejahtera dan Peningkatan Kualitas Perempuan  Badan
Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Pusat yang membahas Program Bina
Keluarga Lansia Berbasis Masyarakat. Pembicara lainnya  Drs. Isep
Sepriyan, Kasubdit Kelembagaan Sosial Direktorat Pelayanan Sosial Lanjut Usia
Kementerian Sosial RI membahas “Kebijakan dan Program Strategis dalam
Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat Berusia Lanjut”.

Pada sesi kedua
menghadirkan Prof.Dr. Tri Budi W. Rahardjo dari Aging Centre Universitas Indonesia (UI) dengan tema bahasan
“Pentingnya Status Kesehatan dan Kesejahteraan Menuju Lanjut Usia Aktif dan
Produktif”. Sementara Deputi Pemberdayaan Keluarga & Masyarakat Yayasan Damandiri
Dr. Rohadi
Heryanto
berbicara mengenai “Workfare Bagi Lansia: Potensi Bangsa yang Harus diperhitungkan
Kiprahnya Dalam Pembangunan Bangsa dan Negara”.

Dr.
Rohadi menyebut sejumlah masalah lansia, yaitu kurang kesadaran terhadap
ledakan lansia, pola hidup yang salah, tidak cukup persiapan menjadi lansia,
tidak terdapat jaringan pemberdayaan lansia, kurang dukungan budaya dan tidak
ada fokus pemberdayaan.

Pada
kesempatan ini peserta seminar disuguhi tarian gambyong dan cangkrik yang
ditarikan oleh para penari dari Sendratari Lansia Griya Pensia. Suguhan ini
menjadi sangat menarik karena para penari adalah para lansia yang berusia di
atas 50 tahun, bahkan dua orang diantaranya berusia 72 dan 78 tahun.
(nm)