Kuliah Ilmu Ekonomi Syariah? di IPB Saja…
Institut
Pertanian Bogor (IPB) pada tahun ini membuka mayor S1 Ilmu Ekonomi Syariah. Launching diselenggarakan di IPB
International Convention Centre (IICC) Bogor, Rabu (5/5). Memang ada satu
pertanyaan yang berkembang di masyarakat, mengapa IPB ikut terlibat dalam
mengembangkan ekonomi syariah?
“Jawabannya
sangat sederhana, karena ekonomi syariah secara kultural telah menjadi bagian
integral dari kehidupan petani dan nelayan kita. Mereka telah mempraktikkannya
secara turun temurun, baik dalam bentuk sistem maro, gaduhan, maupun bagi hasil
perikanan tangkap. Ini menunjukkan bahwa kebijakan pembangunan pertanian akan
dapat terakselerasi dengan baik apabila konsep kebijakan berbasis ekonomi
syariah muncul menjadi bagian yang tidak terpisahkan,” papar Rektor IPB
Prof.Dr.Ir. Herry Suhardiyanto, M.Sc., dalam sambutannya.
Oleh
karena itu, sangatlah wajar apabila IPB kemudian secara pro aktif terlibat pada
garda terdepan dalam mengembangkan kurikulum ekonomi syariah. “Pembukaan program studi ilmu ekonomi syariah
ini merupakan langkah kongkrit kami di dalam menyiapkan SDM yang mumpuni, yang
mampu memahami syariat Islam sekaligus memahami praktik-praktik nyata di dunia
perekonomian modern,” lanjut Rektor.
Sementara
itu dalam seminar internasional “Revitalizing
Development Approach: Challenges and Prospects for Islamic Economics”, yang
merupakan rangkaian acara Launching, Direktur
Utama PT Bank BRI Syariah, Ventje Rahardjo, mengatakan Perbankan Syariah menunggu
lulusan Ilmu Ekonomi Syariah IPB yang pintar, gigih, dan memiliki ketetapan
hati untuk bersama mengembangkan ekonomi syariah. Sebab menurutnya, selama ini
SDM di perbankan syariah masih didominasi oleh para lulusan yang berlatarbelakang
non syariah.
Di
tempat yang sama, Prof Dato’ Dr. Azmi Omar, Director of International Institute
of Islamic Banking and Finance, IIU Malaysia, mengatakan saat ini banyak
mahasiswa yang belajar Ilmu Ekonomi Syariah dimotivasi besarnya uang atau gaji
yang akan mereka terima saat bekerja kelak, bukan karena ingin membangun
Ekonomi Islam secara murni. Padahal Ekonomi Islam terbukti telah dapat
menghindarkan sejumlah negara yang telah menerapkan Ekonomi Syariah dari segala
macam krisis ekonomi.
Prof.Dr.KH.
Didin Hafidhuddin, MS., dalam makalahnya menyebut 3 tantangan besar ekonomi
syariah. Pertama, pengembangan dari sisi keilmuan yakni bagaimana mengekstraksi
Al-Quran dan Sunnah, dan menurunkannya menjadi sebuah body of knowledge yang utuh. Kedua, penguatan dan pengembangan dari
sisi sumberdaya manusia, kelembagaan, dan kebijakan (regulasi). Ketiga,
advokasi dan sosialisasi tentang konsep dan praktik ekonomi syariah.
“Di
sinilah peran Perguruan Tinggi untuk menjawab ketiga tantangan tersebut, yaitu
dengan menyiapkan sistem pendidikan dan kurikulum ekonomi syariah yang tepat,”
ujar Prof. Didin.
Dekan
FEM IPB, Dr. Yusman Syaukat mengatakan, ke depan kompetensi lulusan S1 Ekonomi
Syariah FEM IPB, diharapkan mampu menjelaskan teori-teori dasar ekonomi dan
manajemen syariah dengan menggunakan pendekatan kuantitatif maupun kualitatif,
mampu mengaplikasikan ekonomi dan manajemen syariah dalam suatu riset ilmiah
terhadap berbagai fenomena dan persoalan yang berkembang di masyarakat baik
dalam konteks regional, nasional dan internasional.
Tampak
hadir dalam kesempatan ini, para Wakil Rektor, para Ketua Departemen FEM IPB,
Pimpinan Redaksi Republika, sejumlah praktisi perbankan syariah, para Kepala
Sekolah dan guru SMA di Jabodetabek, serta mahasiswa dan para pelajar SMA. (nm)