Diskusi Ilmiah SEAFAST LPPM IPB “Peranan Susu Dalam Upaya Peningkatan Status Gizi Anak”
Susu
mengandung zat-zat gizi yang bermanfaat bagi kesehatan. Oleh karena itu,
konsumsi susu penting untuk mendukung proses tumbuh-kembang anak. Kelompok anak
yang paling dianjurkan untuk mengonsumsi susu secara teratur adalah infancy (0-1 tahun), Toddlerhood (1-3 tahun), dan Preschool years (3-5 tahun).
Untuk
anak usia di atas 5 tahun, kebutuhan zat-zat gizinya sebaiknya lebih banyak dipenuhi
melalui diversifikasi konsumsi pangan. Namun, konsumsi 2-3 gelas susu per hari
tetap dianjurkan.
Pakar
gizi dari Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan (ITP) Fakultas Teknologi Pertanian
(Fateta) IPB, Prof.Dr. Made Astawan,
mengatakan hal itu pada Diskusi Ilmiah “; Kebijakan, Manfaat dan Best Practices”, Sabtu (15/5) di Kampus
IPB Baranangsiang Jln. Pajajaran Bogor.
Meski
demikian, konsumsi susu di Indonesia masih sangat rendah. Banyak faktor yang
mempengaruhi rendahnya tingkat konsumsi susu di Indonesia, diantaranya adalah
masih rendahnya produk susu nasional, rendahnya daya beli dan budaya minum susu
di masyarakat.
“Sangat
memprihatinkan, mungkin pemerintah perlu melakukan diversifikasi sumber protein
yang terjangkau, selain juga memperbaiki daya beli masyarakat. Walaupun susu
merupakan sumber protein hewani yang baik, belum tentu semua masyarakat mampu
membelinya,” ujar Dr. Sri S. Nasar dari Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia (UI).
Rendahnya
produk susu nasional dijelaskan Dr.Ir. Arief Daryanto, M.Ec., Direktur Program
Pascasarjana Manajemen dan Bisnis (MB) IPB.
Menurutnya, produksi susu dalam negeri sebagian besar masih tergantung
dari peternakan sapi perah rakyat. Besarnya
rata-rata produksi harian sebesar 1.185 ton susu segar yang dipasarkan ke
Industri Pengolahan Susu (IPS) melalui
Koperasi Peternak Susu (KPS).
Tingkat
produksi tersebut ternyata belum mampu memenuhi seluruh permintaan konsumen di
dalam negeri, karena perubahan peningkatan konsumsi susu relatif lebih cepat
dibandingkan produksinya. Hal ini menyebabkan IPS nasional masih sangat
bergantung pada impor bahan baku susu.
“Kekurangan
produksi susu segar dalam negeri merupakan peluang besar bagi peternak sapi
perah untuk mengembangkan usahanya. Namuan demikian peternak masih menghadapi
permasalahan, antara lain yaitu rendahnya kemampuan budidaya khususnya
menyangkut kesehatan ternak dan mutu bibit yang rendah. Oleh karena itu,
pemerintah perlu memberikan dukungan nyata untuk meningkatkan produktivitas dan
kualitas hasil ternak (susu) kepada para peternak,” papar Dr. Arief Daryanto.
Diskusi
ilmiah yang digelar Sountheast Asian Food
and Agriculture Science and Technology (SEAFAST) Center LPPM-IPB ini,
terbagi pada 3 sesi. Sesi pertama mengenai Kebijakan, dengan narasumber Ir. M.
Nasir, MKM dari Kementerian Kesehatan RI, dan Dr. Arief Daryanto dari MB IPB. Sebelumnya,
Prof.Dr. M. Aman Wirakartakusumah dari SEAFAST Center LPPM IPB menyampaikan
pengantar diskusi.
Sesi
kedua mengenai Manfaat. Hadir sebagai pembicara Prof.Dr. Made Astawan dari
Departemen ITP Fateta IPB, Prof.Dr. Boerhan Hidayat dari Fakultas Kedokteran
Universitas Airlangga Surabaya, dan Dr. Sri Nasar dari Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia Jakarta.
Sesi
ketiga mengenai Best Practices,
dengan narasumber Dr. Purwiyatno Hariyadi dari SEAFAST Center LPPM IPB, Huzna
Gustiana, M.Sc., dari Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), dan Prof.Dr.
Dedi Fardiaz dari Departemen ITP Fateta IPB.
Diskusi
yang digelar satu hari tersebut, diikuti oleh peserta dari kalangan akademisi,
lembaga pemerintahan, industri susu, lembaga konsumen dan asosiasi profesi
terkait.
Dr.
Purwiyanto Hariyadi, Direktur SEAFAST Center LPPM IPB menyebutkan, dari diskusi
ini ada 10 rekomendasi yang dihasilkan, berkaitan dengan regulasi ketersediaan
susu. “Rekomendasi ini akan kita sampaikan ke semua instansi terkait, baik itu
pemerintah, produsen dan para akademisi untuk dapat memperbaharui regulasi yang
ada agar ketersediaan susu di masyarakat tepat," jelasnya. (nm)