Refleksi kritis Pengembangan Dan Kontribsi Pemikiran Agribisnis Terhadap Pembangunan Pertanian Indonesia.
Pemikiran prof. Bungaran Saragih tentang agribisnis menimbulkan beragam tanggapan. Hal ini dibahas dalam diskusi yang bertajuk "Refleksi kritis Pengembangan Dan Kontribusi Pemikiran Agribisnis Terhadap Pembangunan Pertanian Indonesia" di Kampus IPB Bogor, (1/4).
Acara yang digelar oleh Pusat Studi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan(PSP3) Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) IPB ini diselenggarakan dalam rangka menjelang purnabakti Prof.Dr. Bungaran Saragih.
Dukungan terhadap konsep agribisnis dikemukakan oleh Dr. Rahmat Pambudy, tenaga Pendidik di Departeman Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB. Dr. Pambudy mengungkapkan lingkup bisnis dalam pertanian sangat besar. Bisnis dalam lingkup dari hulu sampai hilir dan sarana penunjangnya dapat menjadi sumber pertumbuhan ekonomi nasional, penyedia lapangan kerja, pembangunan daerah dan sumber devisa sehingga menurutnya model dalam sistem dan usaha agribisnis sangat cocok dengan trilogi pembangunan, yaitu pertumbuhan, pemerataan dan stabilitas.
Berbeda dengan Tejo Pramono, aktivis Serikat Petani Indonesia yang banyak mengkritik pemikiran Agribisnis Prof Bungaran Saragih, ia berkeyakinan bahwa penerapan paradigma agribisnis hanya akan menguntungkan pengusaha besar dan merugikan petani. Pendapat mengubah pembangunan pertanian ke arah agribisnis, menurutnya berpotensi mendorong munculnya krisis pertanian dan petani nasional yang lebih dalam lagi karena ada investasi ke pedesaan dan pertanian melalui pendekatan agribisnis akan mendorong masuknya pemodal pemodal besar agribisnis dalam bidang pertanian.
Tejo Pramono lebih optimis dengan membentuk dan memperluas organisasi para petani untuk mengolah dan mengelola lahan pertaniannya sendiri. Menurutnya para petani bisa hidup bermartabat dan kecukupan hanya mungkin bisa dicapai manakala mereka bisa memiliki sebidang tanah pertanian dan diberikan hak untuk memproduksi pangan, mendapatkan dan memproduksi benih sendiri termasuk mengelola sumber air dan kekayaan alam lainnya di pedesaan.
Sedangkan Dr. Parulian Hutagaol dari Departemen Ilmu Ekonomi FEM IPB menyodor kan alternatif pengembangan agribisnis dengan model koperasi petani . Dr. Parulian menegaskan koperasi di sini tidak seperti KUD yang tidak terlalu besar keanggotaannya dengan beranekaragam produk pertanian yang dijual tetapi koperasi dengan jumlah anggota relatif terbatas dengan usahatani sejenis dengan skala relatif sama. Selain itu konsep yang ke dua yang ditawarkannya adalah model kemitraan petani dan pengusaha, menurutny a harus ada keterikatan antara petani dengan pengusaha. (Dh)