Dari Dialog Sambung Rasa RRI : Fogging Lebih Banyak oleh Swasta
Fogging atau pengasapan hanya bisa dilakukan oleh orang-orang terlatih dan memiliki keilmuan yang cukup tentang fogging. Sementara, selama ini pengasapan lebih banyak dilakukan oleh swasta tanpa memperhatikan aturan main, sehingga mengabaikan aspek keamanan.
“Dengan gagahnya mereka melakukan fogging tanpa mengenakan masker, padahal itu sangat berisiko”. Dr.drh. Upik Kesumawati, MS., mengatakan hal itu dalam acara Dialog Sambung Rasa bertajuk “Mencegah Penyakit DBD dengan Memutus Siklus Vektor DBD” yang disiarkan secara nasional langsung dari RRI Bogor, Sabtu (6/2).
Mengapa oleh swasta? Dr. Upik menjelaskan, hal ini terjadi karena pemerintah dalam hal ini Puskesmas kekurangan SDM yang mengerti dalam menggunakan alat fogging. “Karena fogging lebih banyak oleh swasta, maka orientasinya pun sudah mengarah pada bisnis. Kondisi tersebut diketahui oleh pemerintah, tapi belum ada solusi untuk mengatasi hal ini. Kondisi ini cukup dilematis,” ujar staf pengajar pada Departemen Ilmu Kesehatan Hewan dan Masyarakat Veteriner Fakultas Kedokteran Hewan IPB ini.
Menjawab pertanyaan dari sejumlah pendengar terkait fogging, Dr.Upik menjelaskan fogging dilakukan saat sudah terjadi kasus. Hal ini perlu dilakukan untuk mengejar nyamuk dewasa yang menularkan virusnya melalui gigitan. Waktu yang efektif melakukan fogging adalah di pagi hari, saat suasana masih tenang, belum ada angin, dan saat nyamuk dewasa aktif beterbangan. “Di atas jam 10, fogging tidak dianjurkan, karena angin sudah ada dan nyamuk biasanya sudah istirahat,” imbuhnya.
Di akhir dialog , Dr. Upik menegaskan bahwa pencegahan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD), bukan hanya tanggung jawab pemerintah saja, melainkan tanggung jawab bersama yang juga melibatkan masyarakat. Karena itu, masyarakat dihimbau untuk berperan aktif dalam pencegahannya. (nm)