Spirit Kejuangan dalam Pembangunan Pertanian Indonesia

Spirit Kejuangan dalam Pembangunan Pertanian Indonesia

Berita

Rektor IPB Prof. Dr. Ir. Herry Suhardiyanto, MSc memberikan Kuliah Umum Pengantar Ilmu Pertanian kepada mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama (TPB) IPB di Graha Widya Wisuda, 19/1. Mahasiswa TPB IPB yang berjumlah lebih dari 3000 orang tampak antusias, karena kegiatan semacam ini baru pertama kali digelar untuk mereka. Kuliah ini diberikan beberapa jam setelah para mahasiswa menyelesaikan Ujian Akhir Semester.

  

Tema yang diusung adalah “Spirit Kejuangan dalam Pembangunan Pertanian Indonesa”. Rektor  mengatakan bahwa Indonesia menghadapi berbagai persoalan yang pelik. “Tapi mari bersyukur karena ditakdirkan mencintai pertanian sehingga dapat masuk di kampus rakyat, kampus pertanian. Kita mempunyai kesempatan untuk berkiprah, beramal, berprestasi dan memberikan kontribusi bagi bangsa. Marilah kita menjadi bagian dari orang yang menghadirkan solusi,” ujarnya.

  

Menurutnya, tantangan pembangunan  saat ini adalah banyaknya penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan yakni mencapai 17% dari jumlah penduduk, sebanyak 100 juta penduduk hidup dengan uang kurang dari 20 ribu per hari, serta jumlah pengangguran lebih dari 20 juta orang.  “Angka-angka ini yang harus terus coba kita tekan.  Kita saksikan jutaan nelayan, petani, dan peternak masih kesulitan mengakses sumberdaya ekonomi termasuk modal. Hal ini menunjukan dunia perbankan belum berpihak kepada petani, nelayan dan peternak ,” ujarnya.

 

“Ditambah lagi adanya gempuran produk luar negeri yang lebih murah. Dari data yang ada, Indonesia impor kedelai sebanyak 3,4 juta ton per tahun yakni lebih dari 80% kebutuhan dalam negeri, impor gandum nasional sebanyak 5 juta ton setiap tahun. Impor daging hampir 41% dari kebutuhan nasional, susu 90% dari kebutuhan nasional (197 ribu ton/tahun). Impor jagung nasional 362 ton, dan buah 420 ribu ton, “ paparnya. 

 

“Hampir semua produk yang dihasilkan dari pertanian, peternakan dan kelautan  berasal dari impor. Lalu bagaimana dengan petani, nelayan dan peternak kita?  Padahal masih ada solusi lain yang dapat diterapkan.  Misalnya Indonesia menganggarakan dana sebanyak 20 trilliun rupiah untuk impor gandum, padahal masih ada solusi lain. IPB sudah mampu memproduksi mie jagung yang dapat mensubtitusi atau bahkan menggantikan mie gandum. Jika ada kebijakan dari pemerintah yang mendukung ini, uang sejumlah 20 trillun tersebut dapat digunakan untuk mensejahterakan petani.

 Untuk itu, diperlukan perubahan paradigma dimana potensi yang ada dapat ditransformasi untuk mensejahterakan rakyat.  “Kita didik mahasiswa dan seluruh penduduk Indonesia untuk mencintai produk dalam negeri yang tersedia dari Sabang sampai Marauke,” jelasnya.(zul)