Inovasi Mesin Pemisah Tulang Ikan dari IPB
Satu lagi terobosan teknologi dihasilkan Institut Pertanian Bogor (IPB) mesin pemisah daging dan tulang ikan. Hadirnya teknologi ini diharapkan akan meningkatkan nilai tambah ikan hasil tangkap sampingan serta ikan-ikan bernilai ekonomi rendah.
Mesin yang diberi nama "Suritech" ini diharapkan bisa menjawab permasalahan ikan hasil tangkapan sampingan pukat udang yang sebagian besar tidak dimanfaatkan dan dibuang kembali ke laut. Selain itu, juga menjadi solusi bagi pemanfaatan ikan-ikan bernilai ekonomi rendah yang pada saat musim ikan melimpah belum dimanfaatkan dengan baik. Kata ketua tim penemu mesin tersebut, Prof Dr Ir Ari Purbayanto, MSc di Bogor, Selasa.
Di hadapan puluhan peserta "Recognition and Mentoring Program (RAMP) Study Tour 2009" dari Indonesia, India, Amerika Serikat (AS) dan Peru ini ia mengemukakan, Indonesia memiliki potensi sumber daya ikan yang melimpah, namun pemanfaatannya masih terfokus pada ikan bernilai ekonomi tinggi seperti tuna, tongkol, kakap, bawal, kerapu.
Melimpahnya ikan bernilai ekonomi rendah pada saat musim puncak, menurutnya, belum banyak dimanfaatkan oleh masyarakat dan biasanya hanya diolah menjadi ikan asin atau terasi. "Padahal dengan mesin pemisah daging dan tulang ikan ini, akan dihasilkan surimi (daging ikan) yang harga jualnya jauh lebih tinggi," katanya.
Surimi sebagai produk utama mesin ini merupakan produk antara yang digunakan sebagai bahan baku produk olahan seperti bakso ikan, nugget, sosis, otak-otak, pempek. Sementara produk sampingnya berupa tulang ikan bisa dimanfaatkan sebagai bahan baku industri pakan ternak. Nilai tambah ikan yang diolah menjadi surimi bisa meningkat hingga 3-4 kali sedangkan jika diolah lebih lanjut menjadi produk akhir seperti bakso ikan dan nugget nilai jualnya meningkat hingga 8-10 kali lipat.
Menurutnya, potensi hasil tangkap sampingan di Indonesia mencapai 332.186 ton per tahun. Jika 40%-nya diolah menjadi surimi, maka akan dihasilkan 83.042 ton per tahun atau senilai Rp1,246 triliun dengan asumsi harga surimi Rp15.000 per kilogram.Sejak awal penemuannya pada 2005, mesin ini terus dikembangkan disain dan konstruksinya oleh tim inventor IPB dan hingga saat ini telah menghasilkan mesin generasi ke-6 untuk penggunaan di atas kapal penangkap ikan.
Hingga saat ini pihaknya telah menjual 40 unit mesin untuk nelayan di berbagai wilayah di Indonesia, termasuk tiga unit yang dibeli oleh Prancis untuk bantuan bagi korban tsunami di Aceh. Pada tahap awal, lanjut dia, ditargetkan akan diproduksi dan dipasarkan 66 unit mesin "Suritech" per tahun atau enam unit per bulan dengan harga jual Rp20 juta per unit.
"Untuk produksi massal ini kami butuh kerja sama dengan industri manufaktur serta dukungan pemasaran yang bagus," kata Prof. Ari.
RAMP Study Tour
Direktur RAMP-IPB Dr.Aji Hermawan mengatakan, "RAMP Study Tour" merupakan agenda tahunan yang dilaksanakan secara bergantian di negara-negara peserta yaitu Indonesia, India, AS dan Peru, dengan agenda utama berbagi pengalaman mengenai pengembangan usaha berbasis teknologi di masing-masing negara. Tahun ini Indonesia menjadi tuan rumah "RAMP Study Tour". Kunjungan delegasi RAMP tersebut berlangsung dari 11-18 Oktober.
Sebanyak 25 orang delegasi dari empat negara anggota tersebut akan melihat inovasi teknologi yang telah dihasilkan di Indonesia diantaranya mesin pemisah daging dan tulang ikan, alat deteksi jenis kelamin ikan dari UI, alat kesehatan untuk deteksi penyakit mag, hingga alat perontok padi dengan sepeda yang dihasilkan oleh mahasiswa IPB. (man)