Peluang Ekspor Manggis Ke Eropa

Peluang Ekspor Manggis Ke Eropa

Berita

 

Potensi Ekspor Manggis Indonesia ke Eropa sangat besar dan masih terbuka lebar, mengingat hanya negara Indonesia yang memiliki buah eksotik tersebut. Namun untuk menuju ke sana memerlukan manajemen khusus dan Indonesia belum menerapkan Good Agriculture Practices (GAP) atau praktek budidaya yang baik. Kelemahan tersebut membuat ekspor Manggis saat ini baru sebatas ke Hongkong dan China, karena peraturannya tidak seketat Eropa. Demikian Project Manager Indonesia, yang juga staf pengajar di Fakutas Teknologi Pertanian IPB, Dr. Sutrisno.

Paparan tersebut dikatakan Dr. Sutrisno di sela kegiatan The Annual Team Consultation Workshop and Steering Commitee Meeting 2008 The Eropean Commission's Asia-Invest Program Project "Integrated Supplay Chain Management of Exotic Fruits from ASEAN Region", di Hotel Santika, IICC, Bogor (11-13/1).

Dr. Sutrisno menjelaskan, berdasarkan data yang dikumpulkannya dari tahun 2002-2006 ekspor Manggis ke Hongkong sebesar 51,2% dan ke China sebesar 28,5%, sisanya ke USA, Middle East, EU, dan negara Asia lainnya.

Produksi Manggis di Indonesia berdasarkan data tahun 2006 yang dikumpulkannya berasal dari Kalimantan (2.149 ton), Sulawesi (2.894 ton), Sumatera (26.265 ton), Jawa (39.671 ton) Bali-NT (1.009 ton) dan Maluku-Papua (646 ton).

"Produksi terbesar masih berasal dari Jawa, yang meliputi dari Bogor (1.189 ton), Purwakarta (2.290ton) dan Tasikmalaya (13.244 ton)," ujar Dr. Sutrisno.

Ia mengatakan, sangat disayangkan produksi Manggis di Indonesia masih dilakukan dengan cara-cara tradisional sehingga belum bisa masuk ke pasar Eropa.

"Kita belum bisa masuk pasar Eropa karena saat ini kita masih fokus pada management di tingkat petani. Kita bisa lihat untuk Storage saja yang berada di perkebunan Manggis Leuwiliang masih tradisional," ujarnya.

Maka dari itu, dikatakannya pertemuan kali ini yang merupakan lanjutan dari pertemuan di Chiang Mai beberapa waktu lalu, untuk mendiskusikan tentang kesempatan ekspor ke Eropa.

Hadir pada pertemuan tersebut, Joost.C.M.A.Snels, dari Agrotechnology & Food Sciences Group, Wageningen UR, Nathanon Ratanathamwat, M.Sc., dari Postharvest Technology Research Institute (PHTRI) Chiang Mai University, Project Technical Director PHTRI Chiang Mai University, Prof.Dr.Vicha Sardsud, Senior Advisor untuk Uni Eropa, Dr. Astrid Saust, Project Manager Indonesia, IPB Dr. Sutrisno, dan salah satu staf pengajar IPB yang mewakili Dekan Fateta, Prof. Eriyatno.

Hasil pertemuan kemudian dilaporkan kepada Rektor IPB, Dr. Ir. Herry Suhardiyanto, M.Sc., di penghujung kegiatan (14/1). Pertemuan ini terselenggara atas kerjasama Postharvest Technology Research Institute (PHTRI) Chiang Mai University, Agrotechnology & Food Sciences Group Wageningen UR, IPB, dan TrustFood.(man)