Teripang Pasir Sebagai Sumber Testosteron Alami

Teripang Pasir Sebagai Sumber Testosteron Alami

Berita

 

 

Teripang atau lebih dikenal gingseng laut  memiliki nilai penting sebagai sumber biofarmaka potensial maupun  makanan kesehatan. Kandungan kimia teripang basah terdiri dari 44-45 persen protein, 3-5 persen karbohidrat dan 1,5 persen lemak.   Teripang mengandung asam amino esensial, kolagen dan vitamin E.  Kandungan asam lemak penting teripang seperti asam eikosapentaenoat(EPA) dan asam dekosaheksaenoat (DHA) berperan dalam perkembangan syaraf otak, agen penyembuh luka dan antitrombotik.

 

"Selain itu, teripang juga mengandung bahan aktif antihipertensi, antibakteri, antifungi (anti jamur), antikanker, antikoagulan (anti penggumpal) dan lain-lainnya,"  ungkap Mahasiswa S3  Teknologi Industri Pertanian Institut Pertanian Bogor,  Kurnia Harlina Dewi saat sidang terbuka bertajuk ‘ Kajian Ekstraksi Steroid Teripang Pasir (Holothuria scabria) Sebagai Sumber Testosteron Alami' Senin (4/8) di Kampus IPB Darmaga.

 

Teripang banyak ditemukan di perairan Sumatera seperti  Aceh, Bengkulu, Bangka, Riau, dan Belitung, perairan bagian Timur Indonesia seperti Kalimantan, Sulawesi, Maluku Madura, Lombok dan Bali. Teripang juga mudah ditemukan di Kepulauan Seribu.  Total hasil tangkapan teripang di Indonesia pada tahun 2004 sebesar 184 ribu ton. Saat ini teripang Indonesia diekspor sebesar 2600 ton per tahun dalam bentuk kering, konoko (gonad kering) dan konowata (usus asin). Produk ini banyak diminati sebagai makanan kesehatan karena mampu meningkatkan vitalitas laki-laki.

 

"Ternyata hasil penelitian menunjukkan kandungan testosteron teripang segar  lebih tinggi dibanding teripang kering. Steroid teripang jenis pasir lebih tinggi dibanding ganat dan hitam," kata Kurnia. Ekstrak teripang berpotensi besar sebagai sumber testosteron alami. Sayangnya, belum diperoleh  metode ekstraksi untuk keperluan produksi masal. Testosteron yang banyak beredar, testosteron sintentik yang mempunyai efek samping dalam penggunaannya. "Oleh karena itu perlu meneliti  faktor-faktor yang mempengaruhi berbagai metode ekstraksi, penggandaan skala, sehingga menjadi pedoman untuk ekstraksi ke skala industri."

 

Umumnya, ekstraksi industri farmasi menggunakan destilasi dan pelarut (maserasi, soxhlet serta reflux). Metode konvensional ini membutuhkan biaya besar,  waktu lama dan bahan pelarut tinggi. Penggunaan metode ini yang kurang tepat malah menimbulkan kehilangan dan degradasi senyawa target yang diinginkan. Metode ekstraksi yang dikembangkan dewasa ini ialah fluida superkritis atau dikenal Supercritical Fluids Extraction (SFE).

 

Dalam penelitian ini, untuk memperbandingkan keunggulan masing-masing metode, Kurnia menggunakan metode soxhlet, reflux, maserasi dan SFE.  Hasilnya, metode  reflux menghasilkan rendemen tertinggi (7,614 miligram per 100 gram) bila dibandingkan soxhlet ( 0,622 miligram per 100 gram) dan maserasi (0,077 miligram per 100 gram).

"Peningkatan suhu dari 40 sampai 50 derajat celsius pada metode ekstraksi reflux  skala 3000 mililiter meningkatkan bobot testosteron dari 6,349 ke 7,905. Sedangkan peningkatan suhu selanjutnya tidak menunjukkan perbedaan bobot testosteron yang nyata. Peningkatan suhu ini tidak berpengaruh terhadap kemurnian testosteron teripang segar yang berkisar 0,719 persen," urai Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu.

 

Semakin tinggi peningkatan suhu esktraksi, waktu ekstraksi yang diperlukan semakin singkat untuk menghasilkan bobot testosteron sama. Semakin lama eksktraksi, bobot testosteron semakin meningkat sampai waktu 180 menit.

 

Sementara itu, peningkatan suhu dari 40 ke 50 derajat celsius ekstraksi metode SFE  meningkatkan bobot rata-rata testosteron dari 4,300 ke 5,010 miligram per 100 gram, dengan kemurnian dari 1,298 ke 1,366 persen. Peningkatan suhu lebih dari 50 derajat celsius menurunkan bobot testosteron menjadi 2,451 dan kemurnian 0.856 persen.

Penelitian ini di bawah komisi pembimbing yang terdiri dari: Prof.Dr. Ir.Tun Tedja Irawadi, MS, Prof.Dr. Ir.Wan Ramli Wan Daud, Dr.Ir.Khaswar Syamsu, M.Sc dan Dr.Ir.Etty Riani, MS. (ris)