SIDANG MWA DENGAN DIRJEN DIKTI MEMBAHAS WORLD-CLASS UNIVERSITY

SIDANG MWA DENGAN DIRJEN DIKTI MEMBAHAS WORLD-CLASS UNIVERSITY

Berita

Apa yang harus dilakukan oleh suatu universitas untuk menjadikan dirinya sebagai world-class university? Bagaimana suatu universitas bisa mendapatkan statusnya sebagai world class?  Siapa yang menentukan apakah suatu universitas masuk dalam kategori world class atau bukan?.  Pertanyaan-pertanyaan tersebut merupakan isu penting yang berkembang di kebanyakan negara di dunia, saat ini termasuk di Indonesia.  Dalam rangka mendapatkan masukan dari salah satu stakeholders IPB, maka pada hari Jum’at, tanggal 11 April 2008,  Komisi I MWA, dipimpin oleh Dr. Muhammad Taufiq dan beberapa anggota Komisi II dan III menyelenggarakan Sidang Komisi MWA di Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti).   Dari MWA IPB yang hadir  antara lain: Prof. Dr. Iding M. Padlinuhjaji, Prof. Dr. Fachriyan H. Pasaribu, Prof. Dr. E. Gumbira Sa’id, Prof. Dr. Aunu Rauf, Dr. D. Iwan Riswandi, dan Sdr. Gema Buana Putra.  Adapun yang hadir  dari Ditjen Dikti adalah Dr. Fasli Jalal, Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Prof. Dr. Muhammad Munir, Direktur Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat,  dan Prof. Dr. Supeno Djanali, Direktur Kelembagaan, Ditjen Dikti, Departemen Pendidikan Nasional.  Pada kesempatan Sidang Komisi tersebut,  Dr. Fasli Jalal menyampaikan apresiasi kepada IPB yang telah berhasil masuk dalam 500 top universitas di dunia menurut versi Time Higher Education Supplemen (THES) World Universty Rangking.    Dr. Fasli Jalal mengharapkan,  agar IPB dapat menjadi trend setter, dosen-dosen senior IPB diharapkan membantu peningkatan kapasitas dan kesehatan organisasi Perguruan Tinggi  yang baru didirikan.   Pada kesempatan tersebut, Dr. Fasli Jalal juga menyampaikan pengalaman bagaimana cara Universitas Hongkong menyiapkan mahasiswa. Study dalam Lives in Education, ternyata hanya merupakan bagian kecil saja dari totalitas.  Active learning  membuat study tidak hanya diperoleh dari dosen.  Mahasiswa bisa lebih hebat asal mereka  tahu arah, ada model, dan ada perbandingan.  Selain dari  study,  mahasiswa memperoleh ilmu lainnya dari:  (1) student activities/hall, (2) executives organization yang menjadi sarana untuk  belajar tentang kepemimpinan (leadership learning), (3)  internship, placemen,  mentorship  yang merupakan ajang untuk  belajar ditempat kerja  (workplace learning), (4)  design, music, drama, sports sebagai  sarana  melakukan kreativitas (creativity learning), (5)  community service/NGO merupakan ajang untuk belajar melayani (learning to serve), (6)  visits to rural, deprived community merupakan ajang untuk perduli pada masyarakat (learning to care), dan  (7)  inte-rnational exchange  adalah  sarana untuk belajar memahami budaya bangsa lain (learning acros cultures).  Melihat sistem yang ada seperti tersebut diatas, sebetulnya IPB dapat memanfaatkan peluang, misalnya dengan menawarkan  paket-paket kegiatan  yang sesuai dengan kebutuhan kepada mahasiswa dari Perguruan Tinggi  luar negeri yang ingin melakukan International Exchange di Indonesia.    Paket-peket tersebut tentunya  merupakan keungulan yang dimiliki IPB (yang berarti juga merupakan kelebihan Indonesia).   Dengan banyaknya mahasiswa asing, maka  reputasi internasional IPB juga akan meningkat dan secara langsung juga akan meningkatkan rangking  IPB dalam top universitas dunia.  Dilain pihak, IPB dapat memfasiltasi mahasiswa yang ingin melakukan kegiatan international exchange misalnya, dengan bekerjasama dengan KBRI dan universitas di negara tujuan pada  saat summer session.  Bila hal ini bisa dikelola dengan baik, maka visi para mahasiswa tersebut akan berubah   SEEING IS BELIEVING.Diinformasikan kepada peserta sidang bahwa Times Higher Education Suplement (THES), melakukan rangking berdasarkan beberapa kriteria diantaranya Peer review (5101) dengan bobot 40%, Employer review (1471) dengan bobot 10%, Student/teacher ratio (20%), citation index (20%), international teachers (5%), dan international student (5%).   Kalau melihat prosentase tersebut diatas, bobot 40% dari THES  sangat tergantung dari 5101  peer review.  Jika mereka tidak pernah mendengar IPB, maka IPB tidak akan masuk dalam rangking yang dibuat THES.  Namun jika mereka mengenal IPB melalui undangan oleh IPB, mendengar presentasi dosen IPB ditempat mereka, atau duduk bersama dalam suatu sesi, apalagi membaca tulisan dari dosen IPB, maka sangat mudah untuk mempengaruhi 5101 orang tersebut.  Terkait dengan international students, hendaknya kita jangan berfikir untuk mencari keuntungan dulu, yang penting ada yang mendaftar untuk mengikuti semacam  summer course yang kita tawarkan.  Mereka bisa tinggal di asrama IPB yang dibuat oleh Menpera, beberapa  minggu  sampai dengan full semester.  Jika hal ini dapat dilakukan, maka secara tidak langsung Indonesia bisa mendapatkan tourists,  Perguruan Tinggi dapat exposure, angka global rangking naik, dan mereka dapat membayar 10 kali lipat SPP yang dibayarkan oleh mahasiswa.Keberadaan International Teachers  bisa disiasati dengan memudahkan akademisi dari universitas luar negeri yang hendak melakukan post doct  dan riset di Indonesia.  Pada kesempatan Sidang Komisi ini, Dr. Muhammad Taufiq, selaku Pimpinan Sidang  menyampaikan Buku yang diterbitkan oleh Senat Akademik IPB berjudul “Membangun IPB menjadi World Class University yang merupakan Himpunan Gagasan 21 Bakal Calon Rektor IPB Periode 2007-2012.