Ketua MPR RI : Pemimpin Melayani Masih Langka

Ketua MPR RI : Pemimpin Melayani Masih Langka

Berita

Ketua Majelis Musyawaratan Rakyat, Hidayat Nur Wahid mengatakan pemimpin yang melayani di Indonesia masih terbilang langka. "Kebanyakan pemimpin minta dilayani atau kalau pun melayani berharap mendapatkan balasan  lebih banyak dari yang diberikan," ujar Nur Wahid dalam acara Pembukaan Dies Natalis ke-7 Fakultas Ekonomi Manajemen Institut Pertanian Bogor (IPB)  yang mengangkat tema '  The Application of Servant Leadership and Good Organization Governance Toward Economic Revitalization ' Rabu (2/4) di Auditorium Thoyyib Hadiwijaya Kampus IPB Darmaga.

 

Nur Wahid mengambil contoh sosok pemimpin teladan dalam melayani masyarakat adalah Muhammad SAW. Pantas kiranya, keberhasilan Muhammad SAW membimbing mengubah masyarakat jahiliyah menjadi sosok-sosok disegani, menghantarkan Muhammad SAW sebagai tokoh penting urutan pertama versi Michael Hart. Muhammad dinilai Nur Wahid bukan hanya teladan pemimpin agama, namun juga pemimpin negara. Hal ini tampak bagaimana Muhammad bisa mengelola masyarakat dari beranekaragam latar belakang budaya dan agama di Madinah Munawaroh.

 

Motivator nomor satu Indonesia, Andrie Wongso memaparkan pentingnya memiliki   kekayaan sikap mental positif dalam membangkitkan Indonesia kembali. Mental positif ini hanya bisa dilakukan dengan terus belajar, berusaha keras, bangkit segera setelah jatuh dan belajar lagi. Menjadi seorang pemimpin yang melayani itu baik. Namun jangan melupakan, dalam melayani sesekali diperlukan kekerasan dan ketegasan.  Kita harus mendidik diri sendiri secara keras dan konsisten sebelum memimpin orang lain." Kalau Anda  lunak terhadap diri Anda, kehidupan akan keras terhadap Anda. Sebaliknya, kalau Anda keras terhadap diri Anda, kehidupan akan lunak terhadap Anda," kata Andrie.

 

President Commissier Lembaga Penjamin Simpanan, Rudjito menjelaskan kepemimpinan yang baik merupakan gabungan karakteristik pemimpin tranformatif dan melayani. Ia menambahkan kepemimpinan melayani bisa diaplikasikan dalam berbagai organisasi baik yang berorientasi profit atau non profit oriented.

 

Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, IPB, Dr.drh.Hasyim, DEA menjelaskan filosofi kepemimpinan yang melayani layaknya otak atau akal bagi seluruh anggota tubuh. "Otak tidak memiliki cadangan glikogen seperti otot di bagian tubuh lain. Otak mendapatkan suply energi atau makanan dari darah yang beredar. Namun demikian otak berfungsi mengontrol, mengkordinasi aktivitas anggota tubuh lain dan  mengendalikan perbaikan sel-sel seluruh tubuh," urai Hasyim. Otak mengutamakan yang anggota tubuh lain. Otak atau akalallah yang merancang visi, misi, tujuan dan strategi masa depan hidup manusia. Menurut Hasyim tak semua orang bisa menjadi kepala. Ada yang menjadi kaki, tangan dan sebagainya. Masing-masing fungsi tersebut sangat penting dalam melengkapi kehidupan

 

Ia mengatakan aktivitas manusia itu hendaknya dilandasi karena kesadaran amal ibadah kepada Allah SWT. Bukan karena dibutuhkan orang lain. Namun muncul dari kesadaran bahwa hidup di dunia ini merupakan ladang amal untuk persiapan di akhirat kelak.

 

Acara ini diawali sambutan Ketua Panitia, Dr. Jono M. Munandar, Dekan FEM IPB, Dr.Sri Hartoyo dan dibuka oleh Rektor IPB, Dr.Ir.Herry Suhardiyanto. (ris)