Populasi Kalawet Diketahui dari Suaranya

Populasi Kalawet Diketahui dari Suaranya

Berita

Populasi Hylobates, khususnya Hylobates agilis albibarbis (Kalawet) dan Hylobates muelleri yang ada di Kalimantan menurun dari tahun ke tahun. Penurunan ini disebabkan kerusakan habitatnya dihutan, perburuan dan perdagangan ilegal. Kalawet tergolong spesies yang dilindungi dan terdaftar dalam Appendix I sebagai satwa yang tidak boleh diperdagangkan. Selain kalawet dan Hylobates muelleri, ada juga hibrida antara kedua spesies tadi. Fenotipe ketiga jenis ini hampir sama, sehingga sulit mengidentifikasi serta memisahkannya dalam program rehabilitasi dan reintroduksi.


Salah satu cara terbaik adalah dengan mengidentifikasi melalui vokalisasi kalawet. Penelitian ini telah dilakukan Mahasiswa S3 Program Studi Primatologi Institut Pertanian Bogor (IPB), Yulius Duma. Dengan berbekal rekorder Aiwa dan digital Panasonic, Yulius merekam suara mereka di lapang. Selanjutnya, vokalisasi direkam ke komputer menggunakan Jet Audio dalam format wave, kemudian dianalisis dalam bentuk sonagram.

Hylobatidae betina mempunyai vokalisasi yang sangat menonjol, nyaring melengking, disebut great call (GC), terdiri atas tiga fase, yaitu fase pre-trill, trill dan post-trill, serta jumlah not 6-100, tergantung spesies. Sedangkan, suara pejantannya berupa solo. Solo jantan merupakan serangkaian vokalisasi jantan yang berurutan tanpa diantarai frase atau not vokalisasi betina. Jantan dan betina, keduanya kerap berkolaborasi dalam rangkaian nyanyian pagi.

Setiap spesies mempunyai karakteristik GC tersendiri sehingga dapat dibedakan antara satu sama lainnya. Vokalisasi GC dapat digunakan sebagai acuan dalam mengidentifikasi spesies Hylobates Kalimantan, khususnya hibrida. Tingkah laku vokalisasi ini juga dapat dimanfaatkan sebagai indikator kepadatan populasi.

Dari analisasi vokalisasi tersebut, jumlah kalawet di Laboratorium Alam Hutan Gambut (LAHG) di Kalimantan Tengah diperkirakan 2.404 ekor (700 kelompok) dan Taman Nasional Sebangau sebanyak 27.442 (7.988 kelompok). "Tipe hutan tegakan tinggi dan hutan gambut campuran di kawasan Taman Nasional Sebangau, merupakan habitat yag baik bagi kalawet. Untuk itu, pelestarian kawasan ini tanpa degradasi habitat, akan berdampak positif pada pelestarian populasi kalawet," ujar Yulius di tengah sidang terbuka bertajuk ' Kajian Habitat, Tingkah Laku, dan Populasi Kalawet di Taman Nasional Sebangau Kalimantan Tengah' beberapa waktu lalu di Kampus IPB Darmaga. Hadir komisi pembimbing yang terdiri dari Dr.Ir.Sri Supraptini Mansjoer, Dr.Ir.R.R. Dyah Perwitasari, M.Sc, dan Prof.drh.Dondin Sajuthi, MST, Ph.D. (ris)