Kurangi Pohon Tumbang: IPB Siap Mendeteksi Kesehatan Pohon

Kurangi Pohon Tumbang: IPB Siap Mendeteksi Kesehatan Pohon

Berita

Peneliti pada Laboratorium Keteknikan Kayu Fakultas Kehutanan (Fahutan) Institut Pertanian Bogor (IPB), Lina Karlinasari, S.Hut, M.Sc.F., siap mendeteksi kondisi pohon-pohon yang ada di Kota Bogor. Kesiapannya itu setelah ia menyaksikan banyaknya pohon yang tumbang disertai korban jiwa pada akhir Mei 2006 lalu.

”Walaupun kejadian tumbangnya pohon-pohon yang berumur ratusan tahun ini dipicu oleh adanya kejadian alam berupa angin ribut, namun pada dasarnya proses fisiologis yang ada di dalam pohon tersebut yang sudah kurang sempurnalah yang menyebabkan pohon-pohon atau bagian pohon tersebut menjadi rentan terhadap kejadian tumbang atau roboh,” terang Lina saat diskusi dengan sejumlah wartawan di ruang Dekan Fahutan, Jumat (7/7).

Dijelaskan, kegiatan pendeteksian terhadap kondisi bagian dalam suatu kayu atau pohon ini ia menggunakan alat non destruktif metode gelombang ultrasonic merk SylvatestDuo. Alat yang relative baru ini merupakan buatan negara Swiss dengan nilai jual sekitar Rp 75 juta.

Dalam kesempatan tersebut Lina yang didampingi Wakil Dekan Fahutan Dr. Muh. Yusram Massijaya, Kepala Laboratorium Keteknikan Kayu Dr.Ir. Naresworo Nugroho, MS., dan Bagian Perlindungan Kayu Dr. Noor Farikhah Haneda, mempraktikkan cara kerja ”SylvatesDuo”.

Dalam waktu sekitar 10 menit, satu titik pengamatan pada pohon mampu dideteksi. Bermula dengan meletakkan dua mata bor ”SylvatestDuo” pada titik batang pohon yang telah ditentukan, kedua mata bor tersebut harus ada pada satu garis lurus. Setelah itu, secara otomatis gelombang ultrasonic akan bekerja.

”Jika kecepatannya rata-rata 1500-1700 meter per detik, maka kondisi pohon tersebut sehat. Namun, jika kecepatannya lebih lambat bisa dicurigai pohon tersebut tidak sehat. Kecepatan 1450 meter per detik misalnya, sebenarnya relatif bagus, hanya saja kita harus tetap waspada,” kata Lina seraya mengatakan, mendeteksi satu pohon idealnya pada tiga titik pengamatan, masing-masing berjarak minimal 70 cm.

Di tempat yang sama, Wakil Dekan Fahutan Dr. Muh. Yusram Massijaya mengemukakan, tiga tahun lalu pihaknya telah mengusulkan ke Pemerintah Daerah (Pemda) Kota Bogor untuk memberikan bantuan ”kesehatan” pohon di sepanjang jalan. ”Tapi entah kenapa tidak ada respon,” ujarnya.

Sementara itu Lina menuturkan, kalaupun pada akhirnya Pemda Kota Bogor merespon keinginan tim-nya untuk dapat membantu mendeteksi pohon-pohon yang ada, Ia menyarankan agar Pemda membeli alat Acoustic Tomography. Karena menurutnya, dengan alat buatan negara Hungaria ini kegiatan pendeteteksian pohon hasilnya dapat lebih akurat.

”Harganya memang relatif mahal, namun jika Pemda mampu untuk membelinya, saya lebih merekomendasikan agar memakai alat tersebut. Sebagaimana saya rekomendasikan pula pada Pemerintah Provinsi DKI Jakarta belum lama ini,” pungkasnya. (NM)