Dr Dwi : Budidaya Panili Rawan Pencurian

Dr Dwi : Budidaya Panili Rawan Pencurian

Berita

Budidaya panili rawan mengalami pencurian. Pasalnya, harga jual buah panili yang tinggi, menarik minat para pencuri. Saat ini, harga satu kilogram panili basah minimal Rp 150 ribu . “Khawatir buah panilinya dicuri, petani terpaksa memanen saat buah berusia 4-6 bulan. Normalnya buah panili matang dan siap petik pada usia 8 bulan,” kata Dr Dwi Setyaningsih, Staf Pengajar Departemen Teknologi Industri Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Institut Petanian Bogor (IPB) pada Humas IPB Selasa(23/5) di Kampus IPB Darmaga, Bogor.

Pemanenan panili sebelum matang mengakibatkan mutu panili Indonesia rendah. Kualitasnya kalah bersaing dengan negara tropis lain seperti di Madagaskar dan Amerika Latin. Di Madagaskar, budidaya panili sudah menjadi culture, bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan mereka.

Lebih lanjut Ibu dua anak ini mengatakan, panili sejenis tanaman anggrek yang menempel pada pohon dan membutuhkan naungan. Setiap pertumbuhannya membutuhkan campur tangan manusia mulai dari pemilihan bibit hingga proses pasca panen. Bibit panili hasil stek lebih cepat berbuah dibanding bijinya.

”Proses penyerbukan dan perkawinan panili berlangsung dengan bantuan tangan manusia. Di tempat asalnya yakni hutan Amazon, ada serangga yang bisa menyerbukkan, namun serangga tersebut tak bisa hidup selain ditempat aslinya,” kata Dwi.

Setelah buah panili dipetik, dilakukan curing atau pelayuan. Buah panili dicelupkan pada air bersuhu 60-80 derajat selama 3 menit. Kemudian dibungkus dalam kain gelap, diperam dalam kotak kayu selama 21 jam. Siang harinya, bungkusan panili dibuka dan dikeringkan diatas sinar matahari selama 3 jam demikian terus menerus selama 10 hari berturut-turut . Fungsinya adalah untuk mengaktifkan enzim pemicu flavor panili. Setelah panili kering dibungkus dan siap diekspor. (ris)