Sekolah Lapang untuk Pembudi Daya Koi Blitar Hadapi Era Digital

Sekolah Lapang untuk Pembudi Daya Koi Blitar Hadapi Era Digital

sekolah-lapang-untuk-pembudi-daya-koi-blitar-hadapi-era-digital
Pengabdian Masyarakat

Dosen Pulang Kampung (Dospulkam) IPB University kembali hadir di Blitar. Melanjutkan program serupa satu tahun yang lalu, tim kali ini menggelar Sekolah Lapang bertajuk “Pengembangan Masyarakat Desa Wisata Berbasis Budidaya Ikan Koi Melalui Pengembangan Teknologi Digital”.

Acara berfokus pada literasi digital dan digital marketing pembudi daya koi. Tahun ini, tim menekankan pemanfaatan internet of things (IoT) dalam budi daya koi serta pelatihan pembuatan film pendek pada pembudi daya koi hingga pemuda dan pemudi di Dusun Kuwut.

Kegiatan ini diinisiasi oleh dua dosen IPB University, Mahmudi Siwi, SP, MSi dan Dr Dwi Retno Hapsari, serta dibantu Titania Aulia, SKPm, MSi, Tri Budiarto, SKPm, MSi, Dr Toto Haryanto dan mahasiswa pascasarjana dari Program Studi Sosiologi Pedesaan. Acara juga berkolaborasi dengan Koi Park Blitar dan dihadiri sekitar 40 peserta, mulai dari pembudi daya koi muda maupun senior hingga pemuda-pemudi Dusun Kuwut.

“Semoga pembudi daya koi di sini bisa lebih sukses lagi dalam budi daya koinya dengan memanfaatkan teknologi digital,” ujar Mahmudi Siwi saat pelatihan yang berlatar di Joglo Koi Park Blitar, Dusun Kuwut, Desa Kemloko, Kecamatan Nglegok, Kabupaten Blitar, Jumat (26/9).

Ia menjelaskan, modal pemasangan perangkat IoT relatif terjangkau, yakni sekitar Rp1,5 juta. “Dengan modal tersebut, pembudi daya koi bisa mulai memanfaatkan IoT untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi budi daya,” jelasnya.

Mahmudi meyakini pemanfaatan IoT oleh pembudi daya koi di Dusun Kuwut sangat potensial, khususnya untuk menjawab persoalan air yang kerap dihadapi mereka.

Sesi berikutnya diisi oleh Dr Dwi Retno Hapsari yang membawakan materi pelatihan pembuatan film pendek. Ia menjelaskan teknik pengambilan video, tips storytelling, langkah-langkah produksi film pendek, memberikan contoh konten populer di media sosial, serta praktik langsung dalam pembuatan film pendek.

“Film pendek bisa menjadi sarana untuk promosi, edukasi, sekaligus membangun citra positif budi daya koi. Dengan kreativitas, konten sederhana pun bisa berdampak besar,” tuturnya.

Naning, pemilik Koi Park Blitar, bersama Yasin selaku perwakilan perangkat desa, turut menyampaikan apresiasi.

“Terima kasih atas adanya Dospulkam IPB kali ini. Semoga kerangka kerja IoT bisa segera didemokan di Koi Park Blitar agar pembudi daya koi bisa merasakan langsung manfaatnya,” kata Naning.

Dengan kolaborasi antara akademisi, komunitas lokal, dan pemerintah desa, diharapkan teknologi digital dapat semakin memperkuat posisi petani koi Blitar dalam menghadapi tantangan pasar global. (*/Rz)