Hadapi Cuaca Ekstrem, IPB University Tingkatkan Manajemen Risiko Pohon di Kampus
Cuaca ekstrem yang kian sering terjadi belakangan ini menuntut kesiapsiagaan lebih. Sebagai kampus yang didominasi ruang terbuka hijau (RTH), IPB University memperkuat upaya mitigasi melalui kegiatan Kelola Risiko Pohon di Lingkungan Kampus yang digelar di Kampus Dramaga.
Pakar genetika dan pemuliaan pohon dari Fakultas Kehutanan dan Lingkungan (Fahutan) IPB University, Prof Iskandar Z Siregar, menjelaskan bahwa pohon merupakan bagian integral dari kawasan permukiman dan kampus. Oleh karena itu, aspek keamanannya perlu mendapat perhatian serius, setara dengan bangunan.
Menurutnya kegiatan ini dirancang untuk memperkuat kapasitas petugas lapangan agar mampu mendeteksi potensi risiko secara cepat, baik terhadap keselamatan manusia maupun terhadap properti seperti kendaraan.
“Dalam kondisi cuaca ekstrem seperti saat ini, petugas harus memahami risiko dan mampu memberikan peringatan dini agar kejadian yang tidak diinginkan dapat dicegah sejak awal,” ungkap sosok yang saat ini menjabat sebagai Wakil Rektor IPB University Bidang Konektivitas Global, Kerja Sama, dan Alumni ini.
Sementara itu, Direktur Umum dan Infrastruktur IPB University, Ahmad Kosasih, SE, menyampaikan bahwa mitigasi risiko pohon tumbang menjadi hal krusial mengingat luas Kampus IPB Darmaga yang mencapai 267 hektare dan didominasi oleh ruang terbuka hijau.
“IPB memiliki banyak pohon berukuran besar, terutama di sepanjang jalan utama seperti Jalan Ramin. Di kawasan ini, risiko dahan patah atau pohon tumbang cukup tinggi, sehingga mitigasi harus dilakukan secara serius dan terencana,” jelasnya.
Sebagai langkah konkret, IPB University telah menerapkan pemetaan risiko melalui sistem zonasi, yaitu zona merah, kuning, dan hijau. Zona merah, misalnya, ditetapkan di sepanjang Jalan Ramin yang dipenuhi pohon besar di sisi kiri dan kanan jalan.
Upaya mitigasi ini dilaksanakan melalui kolaborasi lintas unit, melibatkan Kantor Manajemen Risiko, Fakultas Kehutanan dan Lingkungan, serta mahasiswa sebagai bagian dari pembelajaran dan pengabdian kepada masyarakat.
Prof Efi Yuliati Yovi, Wakil Manajer Pusat Informasi dan Inovasi Kehutanan dan Lingkungan (PI2KL), menegaskan pentingnya pendekatan manajemen risiko yang komprehensif dan berimbang.
“Mitigasi pohon harus dilihat dari dua perspektif, yaitu kebutuhan konservasi pohon dan kebutuhan manusia. Keduanya tidak bisa dipisahkan,” ujarnya.
Menurutnya, pohon memiliki fungsi ekologis yang sangat penting, mulai dari habitat satwa, penyangga hidrologi, hingga penopang keanekaragaman hayati. Namun di sisi lain, kampus merupakan ruang aktivitas manusia yang menuntut jaminan keselamatan.
“Karena itu, diperlukan manajemen risiko yang menyeluruh, mulai dari zonasi berdasarkan aktivitas, inventarisasi pohon, hingga pemetaan potensi bahaya setiap pohon. Dari situ dapat ditentukan strategi mitigasi yang paling tepat,” jelasnya.
Ia menegaskan bahwa konservasi tetap menjadi prinsip utama IPB University, tetapi tidak boleh mengesampingkan keselamatan sivitas akademika dan pengunjung kampus.
“Kampus adalah ruang pendidikan dan aktivitas manusia. Konservasi penting, tetapi keselamatan juga wajib dijaga. Di sinilah keseimbangan itu harus dibangun,” pungkasnya. (AS)
