Dua Kecamatan di Kabupaten Bogor Jadi Lokasi Sekolah Pranikah IPB University Angkatan 2

Dua Kecamatan di Kabupaten Bogor Jadi Lokasi Sekolah Pranikah IPB University Angkatan 2

dua-kecamatan-di-kabupaten-bogor-jadi-lokasi-sekolah-pranikah-ipb-university-angkatan-2
Pengabdian Masyarakat

Menikah bukan sekadar soal kesiapan usia, melainkan juga kesiapan hidup. Kesadaran inilah yang ingin ditanamkan kepada remaja melalui Program Sekolah Pranikah Angkatan 2 yang kembali digelar oleh Pusat Kajian Gender dan Anak (PKGA) IPB University dan Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Kabupaten Bogor.

Program ini menjangkau dua wilayah sekaligus, yakni Kelurahan Pondok Rajeg, Kecamatan Cibinong (50 peserta usia 15–18 tahun) dan Desa Tangkil, Kecamatan Caringin (50 peserta usia 13–19 tahun). Kegiatan ini menjadi lanjutan dari pelaksanaan perdana Sekolah Pranikah yang sebelumnya digelar di Kecamatan Bojong Gede pada awal 2025.

Di Pondok Rajeg, pembukaan kegiatan dihadiri Lurah Pondok Rajeg Makbul Hijab, SSTP, MAP. Dalam sambutannya, Makbul menegaskan komitmen pemerintah kelurahan mendukung program edukatif yang membekali remaja dengan pemahaman perencanaan masa depan dan pencegahan perkawinan anak. Ia berharap peserta memanfaatkan program ini untuk membuka wawasan sebelum mengambil keputusan besar dalam hidup.

Materi pembuka disampaikan oleh Dr Yulina Eva Riany, Kepala PKGA IPB University, yang mengulas dampak perkawinan anak dan urgensi perencanaan pernikahan. Ia menjelaskan bahwa perkawinan anak berdampak serius terhadap kesehatan reproduksi dan mental remaja, rendahnya pendidikan, meningkatnya risiko kemiskinan, kekerasan, serta kualitas pengasuhan. 

“Perkawinan anak juga berasosiasi kuat dengan tingginya angka stunting karena ketidaksiapan gizi, kesehatan, dan pengasuhan,” jelasnya. Ia juga menegaskan bahwa usia minimal perkawinan menurut undang-undang adalah 19 tahun bagi laki-laki dan perempuan.

Sementara itu di Desa Tangkil, Dr Hamzah, dosen Fakultas Ekologi Manusia (Fema) IPB University menyampaikan materi pernikahan dalam perspektif agama. Ia menekankan bahwa pernikahan adalah ikatan mulia yang menuntut kesiapan lahir dan batin. Perkawinan anak, tegas dia, tidak dianjurkan karena berpotensi menimbulkan mudarat yang bertentangan dengan prinsip kemaslahatan.

Materi berikutnya disampaikan Dr Wahyu Budi Priatna, pengajar di Departemen Agribisnis IPB University. Ia mendorong penguatan life skill, kemandirian ekonomi, dan karakter positif remaja sebagai bekal sebelum membangun keluarga.

Selama dua pekan, peserta menerima delapan materi komprehensif, mulai dari pencegahan perkawinan anak, kesehatan reproduksi, gizi remaja, literasi keuangan, life skill dan kewirausahaan, hingga perencanaan masa depan. Seluruh materi disampaikan secara interaktif oleh pakar lintas fakultas IPB University.

Program Sekolah Pranikah menjadi bagian dari strategi Kabupaten Bogor untuk menekan angka perkawinan anak dan memperkuat ketahanan keluarga. Kolaborasi DP3AP2KB dan PKGA IPB University ini diharapkan melahirkan remaja yang lebih berdaya, terencana, dan siap membangun masa depan yang berkualitas.