CPP-CEA IPB University Datangkan Pakar dari Jepang, Ulas Teknologi Terkini untuk Pertanian Cerdas

CPP-CEA IPB University Datangkan Pakar dari Jepang, Ulas Teknologi Terkini untuk Pertanian Cerdas

cpp-cea-ipb-university-datangkan-pakar-dari-jepang-ulas-teknologi-terkini-untuk-pertanian-cerdas
Berita

Center for Plant Phenotyping and Controlled Environment Agriculture (CPP-CEA) IPB University, menyelenggarakan webinar internasional yang menghadirkan dua pakar terkemuka dari Jepang.

Webinar digelar untuk membahas inovasi terbaru dalam teknologi pengendalian lingkungan cerdas serta pemantauan fisiologi tanaman secara real-time

Dalam sambutannya, Prof Aris Purwanto, Wakil Dekan Bidang Sumberdaya, Kerjasama, dan Pengembangan, Fakultas Teknologi Pertanian IPB University menegaskan peran strategis CPP-CEA. 

“CPP-CEA merupakan pusat unggulan riset yang mengintegrasikan teknologi sensing, pemodelan, dan otomasi untuk meningkatkan produktivitas tanaman serta ketahanan pangan,” tuturnya.

Ia menyampaikan, kegiatan ini bukan hanya memperkaya diskusi akademik, tetapi juga membuka peluang kolaborasi riset jangka panjang antara IPB University dan universitas mitra di Jepang. Prof mengajak seluruh peserta untuk aktif berdiskusi, bertukar ide, dan membangun jejaring riset demi masa depan pertanian berbasis inovasi dan keberlanjutan.

Dr Slamet Widodo, penanggung jawab CPP-CEA mengawali sesi diskusi dengan mengenalkan dua fasilitas riset terbaru hasil kolaborasi IPB University dan mitra penelitian dari Korea Selatan. Yakni smart greenhouse dan indoor vertical farming.

“Dua fasilitas ini akan menjadi infrastruktur penting bagi pengembangan penelitian terkait plant phenotyping dan teknologi pertanian berbasis lingkungan terkendali,” kata dosen Departemen Teknik Mesin dan Biosistem IPB University tersebut.

Pembicara pertama, Prof Kotaro Takayama dari Toyohashi University of Technology dan Ehime University, memaparkan urgensi sistem produksi berbasis pengendalian lingkungan, seperti intelligent greenhouse dan indoor farming, untuk memenuhi kebutuhan sayuran segar yang stabil dan berkualitas tinggi. 

Ia menyoroti pentingnya plant-guided control, yakni pendekatan pengaturan lingkungan yang berbasis respons fisiologis tanaman, bukan hanya parameter lingkungan semata.

Prof Takayama memperkenalkan sistem pemantauan fotosintesis dan transpirasi secara real-time menggunakan desain open-chamber yang sederhana namun efektif. 

“Data fisiologis ini memungkinkan deteksi dini stres tanaman, seperti kekeringan tak terlihat (invisible drought), sekaligus membantu petani menilai kebutuhan cahaya tambahan dan optimalisasi kebutuhan CO₂,” urainya.

Tak kalah menarik, ia juga memaparkan pengembangan pencitraan dengan robotik (imaging robot) untuk memonitor distribusi pertumbuhan tanaman mulai dari pemanjangan batang hingga perkembangan bunga dan buah yang sangat penting dalam menjaga keseimbangan pertumbuhan vegetatif dan generatif.

Berikutnya, Assoc Prof Naomichi Fujiuchi dari Ehime University menjelaskan teknologi whole-plant photosynthesis and transpiration monitoring yang telah digunakan di rumah kaca komersial di Jepang untuk mendukung pengambilan keputusan budi daya. 

“Dengan menganalisis hubungan respons tanaman terhadap variabel lingkungan seperti radiasi cahaya dan humidity deficit, para peneliti dapat mengidentifikasi anomali fisiologis dan mendeteksi stres tanaman secara kuantitatif,” ulasnya.  

Ia juga memaparkan model matematis dan algoritma deteksi stres otomatis yang mampu mengurangi ketergantungan pada intuisi ahli. Dengan begitu, pengelolaan rumah kaca lebih objektif dan efisien.

Pada sesi tambahan, Dr Taufiq dari Toyohashi University of Technology memperkenalkan perangkat handy-type photosynthesis measurement system, alat portabel yang dikembangkan untuk memudahkan pengukuran fotosintesis dan transpirasi di lapangan oleh praktisi pertanian. 

“Dengan bobot ringan, sensor lengkap, dan kemampuan pengukuran di bawah cahaya alami maupun cahaya buatan, perangkat ini diharapkan menjadi solusi praktis bagi monitoring respons tanaman secara langsung,” jelas dia.

Sebagai simpulan, Dr Slamet Widodo menekankan pentingnya pemanfaatan teknologi fisiologi tanaman untuk meningkatkan produktivitas sekaligus profitabilitas dalam sistem CEA. Ia menyampaikan kolaborasi internasional dan pengembangan teknologi tersebut akan mempercepat transformasi pertanian menuju sistem yang lebih presisi, efisien, dan berkelanjutan. (*/Rz)