Berkat Dosen IPB Pulang Kampung, Penjual Keripik Pisang Ini Kini Naik Kelas
Lismawati, pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) keripik pisang asal Banjarsari, Ciamis, telah lama memimpikan memiliki produk dengan label dan kemasan yang menarik. Harapan itu mulai terwujud setelah ia mengikuti pelatihan branding, labelling, dan packaging yang diselenggarakan tim Dosen Pulang Kampung (Dospulkam) IPB University.
Selama lebih dari dua tahun, Ibu Ani, sapaan akrabnya, memproduksi keripik pisang di dapur rumahnya. Ia menjual keripiknya ke warung-warung di sekitar desa dalam kemasan plastik kiloan tanpa label atau merek. Harganya murah, keuntungannya pun tipis, tetapi ia tetap mempertahankan usahanya untuk membantu perekonomian keluarga.
“Dari dulu ingin punya merek sendiri, tapi saya tidak tahu caranya,” ujarnya pelan saat diwawancarai di sela pelatihan capacity building in marketing di Aula Kecamatan Banjarsari, beberapa waktu lalu.
Pelatihan diberikan oleh tim Dospulkam yang terdiri dari Dr Yusalina (ketua), bersama Prof Dwi Rachmina, Dr Netti Tinaprilla, Eva Yolinda Aviny, SP, MM, dan Tursina Andita Putri, SE, MSi. Para dosen memaparkan materi branding produk UMKM, pembuatan label sesuai standar PIRT, serta teknik pengemasan produk yang menarik dan higienis.
“UMKM pangan lokal memiliki potensi besar jika dikelola dengan branding yang baik. Kami ingin membantu mereka naik kelas melalui pelatihan praktis seperti ini,” ujar Eva Yolinda Aviny, SP, MM, selaku anggota tim.
Saat praktik mendesain label produk, wajah Lismawati tampak sumringah. Dengan bantuan mahasiswa pendamping, ia berhasil menuliskan nama merek untuk keripik pisangnya: “Kripisani-Keripik Pisang Ani”. Desain label sederhana berwarna kuning cerah dengan gambar pisang membuatnya merasa bangga.
“Senang sekali akhirnya keripik saya punya nama sendiri. Rasanya ingin cepat-cepat mencetak labelnya dan menempel di plastik kemasan,” katanya sambil tersenyum lebar.
“Kami sangat mengapresiasi inisiatif yang dilakukan oleh dosen IPB. Dengan kemasan yang kini sudah ‘naik kelas’, saya optimis nilai jual produk warga akan meningkat. Hal ini diharapkan menjadi langkah nyata untuk mendongkrak perputaran ekonomi di Kecamatan Banjarsari,” sebut Reva selaku Ketua Seksi (Kasi) Ekonomi Kecamatan Banjarsari.
Tak hanya Lisnawati, ada 25 pelaku UMKM pangan lokal lain di Kecamatan Banjarsari ikut pelatihan ini. Dari produk rengginang, opak singkong, hingga keripik gadung. Usai pelatihan, para peserta memberikan umpan balik yang positif.
“Sekarang saya jadi percaya diri saat menawarkan produk ke reseller. Kemasan baru ini bikin produk saya tidak kalah saing kalau disandingkan dengan produk pabrikan besar di rak toko,” ujarnya.
Bagi Ibu Ani, pelatihan ini bukan sekadar belajar desain label, tetapi awal dari mimpi besarnya untuk menjadikan “Kripisani” dikenal luas dan meningkatkan penghasilan keluarga. (*/Rz)

