Prof Min Rahminiwati Sebut Potensi Herbal Indonesia jadi Kandidat Unggulan Fitomedisin Nasional

Prof Min Rahminiwati Sebut Potensi Herbal Indonesia jadi Kandidat Unggulan Fitomedisin Nasional

prof-min-rahminiwati-sebut-potensi-herbal-indonesia-jadi-kandidat-unggulan-fitomedisin-nasional
Ilustrasi (freepik)
Riset dan Kepakaran

IPB University menegaskan kembali komitmen dalam upaya memperkuat hilirisasi herbal Indonesia melalui pandangan ilmiah Guru Besar Sekolah Kedokteran Hewan dan Biomedis (SKHB), Prof Min Rahminiwati.

Dalam pemaparannya, Prof Min menekankan bahwa herbal nasional memiliki peluang besar untuk menjadi kandidat unggulan dalam pengembangan vitamin medicine nasional apabila kualitas, efektivitas, dan keamanan produknya terjamin.

Prof Min menjelaskan bahwa wacana herbal Indonesia menjadi produk unggulan sebenarnya telah muncul sejak tahun 2000. “Sejak awal, pertanyaan itu terus menggema dan memicu semua lini ABGC (academic, business, government, and community) untuk bergerak,” ujarnya.

Menurut dia, sinergi ini kemudian melahirkan peta kinerja nasional yang disusun untuk mendorong herbal Indonesia mendunia. Bahkan, upaya tersebut telah menunjukkan hasil menggembirakan.

“Alhamdulillah, trace-nya sekarang berhasil. Pemerintah berhasil menyusun langkah-langkah strategis untuk menjadikan herbal sebagai fitomedisin yang berjaya di dalam negeri dan mulai menembus pasar luar negeri,” jelasnya.

Saat ini, lanjutnya, ekspor herbal Indonesia terus meningkat dan menunjukkan tren positif. Namun demikian, Prof Min menegaskan bahwa keberhasilan hilirisasi bergantung pada konsistensi mutu.

“Jaminan kualitas sediaan itu harus benar-benar teruji, baik dari segi efektivitas maupun keamanan. Konsistensi keduanya sangat penting,” tegasnya. Ia meyakini bahwa apabila standar tersebut dipenuhi, herbal nasional akan semakin mudah memasuki pasar global.

Dalam kesempatan tersebut, Prof Min juga menyampaikan paparan orasi ilmiah dengan mengangkat tema “Herbal sebagai Agen Multitarget: Perspektif Ilmiah dalam Penanganan Gangguan Metabolik.”

Tema ini dipilih karena meningkatnya kasus penyakit metabolik di dunia, termasuk Indonesia. Tidak hanya pada manusia, penyakit metabolik kini juga ditemukan pada hewan kesayangan.

“Penyakit metabolik ini bersifat lintas spesies sehingga penanganannya pun memerlukan mekanisme yang komprehensif,” terang Prof Min.

Ia menjelaskan bahwa perubahan gaya hidup dari agraris ke industri meningkatkan konsumsi gula, menurunkan asupan serat, dan memperburuk kebiasaan kurang gerak. Kelebihan energi akhirnya disimpan di adiposit viseral, memicu berbagai gangguan metabolik.

Prof Min menekankan bahwa pendekatan multitarget pada herbal memberi peluang besar bagi Indonesia untuk menghadirkan solusi ilmiah, aman, dan berkelanjutan.

Ia berharap penguatan riset, regulasi mutu, dan hilirisasi dapat mendorong herbal Indonesia tampil sebagai pemain global di bidang kesehatan modern. (dr)