Tim PKM-RSH IPB University Ungkap Makna Sosial di Balik Tren #KaburAjaDulu sebagai Aspirasi Generasi Z Indonesia
Tim Program Kreativitas Mahasiswa Riset Sosial Humaniora (PKM-RSH) IPB University ‘GenKaburAjaDulu’, mengkaji fenomena viral #KaburAjaDulu yang sempat ramai di media sosial, khususnya X.
Melalui riset berjudul ‘Dramatisme Generasi Z: Mendalami Tren #KaburAjaDulu di Media Sosial X sebagai Simbol Wacana Migrasi dan Aspirasi Sosial Generasi Z Indonesia’, tim berupaya mengungkap makna di balik tren tersebut sebagai refleksi aspirasi dan keresahan sosial generasi muda Indonesia.
Tagar #KaburAjaDulu belakangan menjadi bentuk ekspresi gen Z dalam menyuarakan keresahan mereka terhadap berbagai situasi di dalam negeri. Bagi tim, tren ini tidak sekadar candaan atau pelarian sesaat, tetapi merepresentasikan krisis kepercayaan dan harapan akan masa depan yang lebih baik di Indonesia.
“Setiap narasi yang muncul di media sosial pasti memiliki pesan tersurat dan tersirat. Di situlah fokus kami untuk memahami berbagai makna yang lahir dari #KaburAjaDulu,” ujar Fauzan Maulana selaku ketua tim mahasiswa.
Tim ini terdiri atas Fauzan Maulana, Helmi Falah, Naufal Akmaluqyan Muhammad, Fatimatul Nasywa Adzkya, dan Aenur Rizqi Awaliyah, dengan dosen pembimbing Dr Annisa Utami Seminar, dosen Fakultas Ekologi Manusia IPB University.
Dalam risetnya, tim mengombinasikan metode analisis sentimen dan konten di media sosial X, diskusi kelompok terarah (FGD), serta survei Delphi.
Fauzan mengatakan, metode Delphi dipilih karena memungkinkan pengumpulan pandangan dari gen Z, diaspora, hingga pakar secara bertahap untuk memperoleh kesepakatan bersama.
“Pendekatan ini menjadikan hasil riset lebih mendalam, karena tidak hanya menelusuri tren di permukaan, tetapi juga menggali makna simbolik di balik tagar #KaburAjaDulu,” ucapnya.
Hasil awal riset menunjukkan bahwa sebagian warganet memaknai tren tersebut sebagai bentuk pelarian dari tekanan hidup. Sebagian yang lain melihatnya sebagai strategi untuk mengembangkan diri, mencari pengalaman baru, dan tetap berkontribusi bagi Indonesia.
“Sejak awal kemunculan tagar ini pada September 2023, publik banyak mengekspresikan pendapat bernada negatif. Meski demikian, masih ada percakapan netral yang sekadar ikut meramaikan. Namun, seiring meningkatnya popularitas tagar ini, nuansa negatif semakin dominan. Kami menganalisis hal ini menggunakan IndoBERTweet untuk membaca sentimen publik,” jelas Fauzan.
Dari lebih dari tujuh ribu unggahan yang dianalisis, sebagian besar berisi ekspresi lelah, kecewa, dan kritik terhadap situasi sosial. Namun, sejumlah informan menekankan agar mengarahkan narasi ini ke arah yang lebih konstruktif.
Simbol ‘kabur’ dapat dimaknai sebagai dorongan untuk bertumbuh, belajar, dan meraih masa depan yang lebih baik tanpa harus meninggalkan tanah air. (dr)

