Tim PKM IPB University Perpanjang Umur Simpan Pisang Mas dengan Kulit Jeruk dan Limbah Kokon
Siapa sangka, limbah kulit jeruk dan kokon ulat sutra bisa menjadi penyelamat bagi buah pisang yang cepat rusak? Sekelompok mahasiswa IPB University berhasil mengubah dua bahan alami tersebut menjadi lapisan pelindung (nanocoating) yang mampu memperpanjang umur simpan pisang mas tanpa bahan kimia tambahan.
Inovasi ini dilakukan mahasiswa IPB University melalui Program Kreativitas Mahasiswa (PKM). Tim terdiri dari Samuel Pataniari Siahaan (ketua tim) dan Ezekiel Royce Hamonangan, Ignatius Hadianto Pauta, Rivaldo Hutahaean, Sarah Putri Ayunissa.
Penelitian mereka berjudul Multilayer Nanocoating Berbasis Serisin Limbah Kokon dan Pektin Kulit Jeruk untuk Peningkatan Umur Simpan serta Kesegaran Buah Pisang Mas (RE). Teknologi ini menggabungkan dua lapisan terpisah dari serisin (protein dari limbah kokon) dan pektin (senyawa dari kulit jeruk), yang mampu memperlambat proses pematangan buah.
“Setelah mempelajari lebih jauh, ternyata masa simpan pisang mas dapat diperpanjang dengan teknologi coating. Banyak bahan yang berpotensi digunakan namun belum dimanfaatkan,” ujar Samuel, ketua tim.
Dalam uji coba yang dilakukan, pisang tanpa perlakuan menunjukkan pematangan penuh dan penurunan kualitas pada hari ke-6. Sementara itu, pisang yang diberi lapisan nanocoating masih mempertahankan warna hijau dan kondisi fisik yang stabil.
Pisang mas dikenal sebagai buah yang cepat matang karena memiliki kulit lebih tipis dibandingkan jenis pisang lainnya. Kondisi ini membuat masa simpannya lebih pendek dan meningkatkan risiko kerusakan pascapanen. Inovasi ini diharapkan dapat membantu mengatasi masalah tersebut, sekaligus mengurangi food waste dan meningkatkan pendapatan petani serta pedagang.
Bahan utama nanocoating, yaitu limbah kokon ulat sutra dan kulit jeruk, dinilai mudah ditemukan di berbagai daerah seperti Temanggung, Yogyakarta, Sulawesi Selatan, Gorontalo, serta Jawa Timur dan Sumatera Utara sebagai penghasil jeruk peras terbesar di Indonesia.
“Harapannya, hasil riset ini dapat diterapkan dalam rantai distribusi pisang mas, dari panen hingga ke tangan konsumen. Selain itu, kami ingin memperluas aplikasi inovasi ini ke buah klimaterik lainnya,” tambah Samuel.
Tim berharap inovasi ini dapat terus dikembangkan dan disempurnakan dalam penelitian lanjutan hingga menjadi produk bernilai jual dan memberikan dampak nyata bagi masyarakat dan sektor pertanian di Indonesia. (dh)

