Mengenal Keunikan Konsep Pasar Terapung Rendah Karbon Gagasan Mahasiswa IPB, Transaksinya Pakai Koin Bambu
Lima mahasiswa Sekolah Pascasarjana IPB University dari Program Studi Konservasi Biodiversitas Tropika (KVT) mengembangkan konsep ekowisata di Taman Kehati Indramayu yang rendah karbon, ramah lingkungan, edukatif, dan partisipatif.
Salah satu konsep menarik yang ditawarkan adalah “pasar terapung”. Konsep ini dirancang untuk mendorong perekonomian masyarakat lokal melalui penguatan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di kawasan Rawa Gelam, Indramayu, Jawa Barat.
Salah satu mahasiswa, Aji Zahwan Alim, SHut menjelaskan, keunikan konsep pasar apung yang ditawarkannya terletak pada penggunaan sampan sebagai media jual beli yang berbeda dari pasar tradisional berbasis darat.
Pasar terapung ini berfungsi sebagai sarana penguatan peran UMKM lokal dalam mendukung ekowisata berkelanjutan. Melalui pasar ini, UMKM diberi kesempatan untuk mempromosikan sekaligus menjual berbagai produk ramah lingkungan, seperti hasil hutan bukan kayu (HHBK), pupuk alami, hidroponik, kerajinan, serta pangan lokal.
“Produk yang diperdagangkan di pasar terapung berasal dari UMKM lokal yang telah dikurasi agar sesuai dengan prinsip ekowisata berkelanjutan. Selain itu, pasar terapung tidak hanya menjadi tempat transaksi ekonomi, tapi juga menjadi atraksi wisata, pusat edukasi lingkungan, dan pelestarian budaya lokal. Hal inilah yang membuatnya berbeda dari pasar tradisional lainnya,” ujar Zahwan, (22/9).
Lebih lanjut Zahwan mengungkapkan sejumlah strategi ramah lingkungan dan rendah karbon dalam pasar terapung ini. Zero waste policy diimplementasikan dengan melarang penggunaan plastik sekali pakai, mendorong penggunaan wadah alami, serta mengelola sampah organik secara tepat.
“Transaksi dilakukan menggunakan koin bambu berbasis HHBK sebagai pengganti uang konvensional. Selain lebih ramah lingkungan, cara ini sekaligus memberikan pengalaman unik bagi pengunjung,” paparnya.
Selain itu, kualitas air di area pasar terapung dijaga dengan sistem filtrasi alami atau ekohidrologi sederhana. Mobilitas di kawasan wisata juga diarahkan dengan berjalan kaki atau menggunakan perahu tanpa mesin untuk menekan emisi karbon.
“Infrastruktur pendukung juga dibangun dengan material ramah lingkungan seperti bambu dan kayu daur ulang, sehingga pasar terapung ini benar-benar mencerminkan konsep wisata rendah karbon,” ujarnya.
“Tiket masuk pun tidak lagi menggunakan kertas, tetapi diganti dengan sistem cap stempel ramah lingkungan untuk mengurangi limbah cetak,” tambah Zahwan.
Konsep pasar terapung yang digagas Zahwan dan kawan-kawan sempat dibawa ke ajang lomba yang diselenggarakan oleh PT Polytama Propindo. Dalam ajang tersebut, tim Zahwan berhasil meraih juara harapan 1.
Selain pasar terapung, konsep pengembangan ekowisata yang diinisiasinya di Taman Kehati Indramayu juga terdiri dari empat zona utama lainnya, yaitu zona edukasi konservasi, transportasi dan sirkulasi, istirahat dan interpretasi, serta demonstrasi dan ekokrasi. Pada setiap zona, perencanaannya difokuskan pada prinsip rendah karbon dan berkelanjutan. (MHT)

