Inovasi AWS Komunitas IPB University Perkuat Pertanian Presisi di Pekalongan dan 100 Wilayah Indonesia
Rektor IPB University, Prof Arif Satria, meninjau langsung pemanfaatan Stasiun Cuaca Otomatis berbasis Komunitas atau Automatic Weather Station (AWS) Komunitas di Desa Jeruksari, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah, Minggu (28/9).
Hasil inovasi tim peneliti IPB University (Dr Idung Risdiyanto, Prof Suryo Wiyono, dan Dr Akhmad Faqih) ini terbukti membantu petani tambak melakukan budi daya secara presisi melalui informasi suhu, pH air, salinitas, dan cuaca.
Selain hadir di Pekalongan, AWS Komunitas juga telah diterapkan pada 100 wilayah di Indonesia yang tersebar di Pulau Jawa, Sumatera, dan Bali.
“AWS Komunitas bukan sekadar teknologi alat ukur, melainkan bagian dari ekosistem pemberdayaan masyarakat tani agar mereka mampu membuat keputusan berbasis data dan lebih tangguh dalam menghadapi perubahan iklim,” jelas Prof Arif.
Peneliti AWS IPB University, Dr Idung Risdiyanto, menjelaskan bahwa setiap unit AWS mencatat parameter cuaca utama secara otomatis setiap lima menit.
Parameter tersebut meliputi suhu udara, curah hujan, kelembapan relatif, radiasi matahari, titik embun, tekanan udara, hingga kecepatan angin. Data yang terkumpul selanjutnya disimpan di server berbasis cloud dan dapat diakses secara daring melalui portal www.sinoptik.ipb.ac.id dan map.sinaubumi.org.
Menurut Dr Idung, platform pemantauan ini terus dikembangkan untuk memperluas kapasitas penyimpanan dan memperkuat fungsionalitas layanan.
“Pemanfaatan teknologi internet of things (IoT) memungkinkan transmisi data secara real-time dari berbagai titik di seluruh Indonesia tanpa intervensi manual,” ujarnya.
Lebih jauh, data yang dikumpulkan tidak hanya bermanfaat untuk pemantauan, tetapi juga digunakan untuk membangun model prediksi cuaca spesifik lokasi dengan pendekatan machine learning dan IoT.
Sistem ini, kata Dr Idung, mampu menghasilkan prakiraan cuaca jangka pendek yang sangat berguna bagi petani.
“Analisis ini mendukung perencanaan jadwal tanam, panen, pemupukan, pengendalian hama, hingga pengelolaan hasil panen secara lebih presisi dan adaptif,” tambahnya.
Dampak teknologi ini turut dirasakan masyarakat Desa Jeruksari. H Budi Harto, Kepala Desa Jeruksari menyebut, “Sekarang Desa Jeruksari menjadi modern dengan alat seperti ini. Masyarakat tidak perlu repot mencari informasi hujan, cukup mendatangi Balai Desa untuk menanyakan kondisi cuaca. Mantap, luar biasa.” (**/dr)

