Akademisi IPB University Sambangi Bupati Cilacap Bahas Sampah sebagai Pusat Edukasi dan Inovasi
Akademisi dari IPB University, Universitas Persada Indonesia YAI, dan Universitas Bakrie mengadakan audiensi dengan Bupati Cilacap. Kunjungan tersebut untuk membahas rencana pengembangan Eco-Edu-Park di kawasan Refuse Derived Fuel (RDF) Plant Cilacap, Jawa Tengah.
Kegiatan ini menjadi bagian dari upaya kolaboratif antara akademisi dan pemerintah daerah untuk menjadikan pengelolaan sampah sebagai pusat edukasi dan inovasi berkelanjutan. Para akademisi tersebut tergabung dalam program penelitian skema Kolaborasi Penelitian Strategis (Katalis) 2025.
Disampaikan Bupati Cilacap, RDF telah terbukti sebagai solusi pengelolaan sampah yang efektif di wilayahnya. Program ini cocok direplikasi di daerah yang memiliki pabrik semen.
“Kami sedang mencoba mendorong pengelolaan RDF untuk sampah yang bisa dikelola, agar sisanya semakin berkurang. RDF cocok direplikasi di daerah yang memiliki pabrik semen dan mau bekerja sama,” ujar Bupati.
Menurutnya, pengelolaan sampah harus terus dioptimalkan. Salah satunya dengan memastikan sistem pengangkutan sampah berjalan maksimal agar RDF dapat menerima lebih banyak sampah untuk diolah.
Mengenai pengembangan Eco-Edu-Park, ia mengungkap rencana tersebut sebenarnya merupakan gagasan lama. Namun, badai pandemi COVID-19 membuat program ini terhenti.
“Sampah kami kelola melalui RDF, kompos, dan maggot. Harapannya, ini semua bisa menjadi sarana edukasi. Kami masih ingin mendorong hal tersebut,” lanjutnya.
Prof A Faroby Falatehan, Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Manajemen, IPB University pada pertemuan itu menyampaikan pentingnya membangun baseline pengelolaan sampah dan penurunan emisi karbon dalam jangka panjang.
“Kami dapat menyusun baseline dalam 10 tahun ke depan, misalnya terkait penurunan emisi karbon. Nantinya, penurunan ini dapat dihitung dan diklaim dalam bentuk sertifikat yang bisa dibeli oleh perusahaan,” jelas dosen Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan (ESL) IPB University itu.
Lebih lanjut, Prof A Faroby yang juga sebagai Ketua Program Studi Magister Manajemen Pembangunan Daerah IPB University menekankan pentingnya keberlanjutan RDF secara ekonomi dan lingkungan.
“Harapannya, RDF dapat berjalan secara berkelanjutan dan memberikan nilai tambah secara ekonomi. Jika dikelola dengan tepat, RDF bukan hanya mengurangi beban sampah, tetapi juga dapat menciptakan peluang ekonomi baru melalui karbon kredit maupun pemanfaatan hasil olahan,” tambahnya.
Sementara itu, Dr Kun Nasython dari Universitas Bakrie menyoroti perlunya strategi keberlanjutan bagi fasilitas RDF yang memiliki usia teknis tertentu. Ia berbagi temuan awal dari studi yang tengah dilakukan di Bantargebang terkait optimalisasi dan pergeseran cara kerja alat.
“RDF memiliki usia teknis. Kami sedang melakukan studi optimalisasi, salah satunya melalui shifting alat operasi. RDF berbasis perhitungan karbon bisa mengklaim carbon footprint” papar Dr Kun.
Potensi energi terbarukan di Cilacap juga menjadi sorotan dalam audiensi ini. Dengan keberadaan biomassa dari lumpur pascapanen padi di Jawa Tengah yang mencapai jutaan ton, peluang pemanfaatan menjadi bahan bakar pelet PLTU sangat terbuka.
Selain itu, potensi pengembangan tanaman energi seperti kaliandra dan pemanfaatan kawasan wisata mangrove turut mendukung arah Cilacap menuju pengelolaan lingkungan yang terpadu dan produktif. (*/Rz)
