PSP3 IPB University dan Pemkot Rumuskan Solusi Permasalahan Sampah di Pekalongan
Pusat Studi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan (PSP3) IPB University bersama Pemerintah Kota (Pemkot) Pekalongan tengah merumuskan solusi strategis dalam mengatasi permasalahan kompleks pengelolaan sampah di Kota Pekalongan.
Dalam focus group discussion (FGD) yang berlangsung di Kantor Wali Kota Pekalongan (4/6), Hj Balgis Diab, SAg MM selaku Wakil Wali Kota menyatakan bahwa kehadiran tim PSP3 IPB University merupakan momen yang membawa harapan baru.
“Kedatangan tim IPB memberikan berkah dan manfaat bagi kami. Saya menyambut dengan senang hati. Pengalaman IPB dalam pengelolaan sampah tentu dapat memberikan inspirasi dan praktik baik yang bisa kami pelajari,” ujar Hj Balgis.
“Barangkali dengan PSP3 akan muncul pendekatan baru yang tidak kami temukan di tempat lain. Kami berharap pendampingan ini bisa berlangsung secara berkelanjutan,” ucapnya lagi.
Kepala PSP3 IPB University, Prof Jaenal Effendi, menjelaskan bahwa PSP3 telah memiliki pengalaman luas dalam mendampingi program pengelolaan sampah yang inovatif, termasuk kerja sama dengan perusahaan yang menukar sampah plastik menjadi uang melalui sistem digital.
“Kami memiliki tim ahli lingkungan yang dapat berkontribusi nyata. Selain itu, IPB University juga memiliki program Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik dan ‘Dosen Pulang Kampung’ yang dapat disinergikan dengan kebutuhan Kota Pekalongan,” jelasnya.
Ia turut menekankan pentingnya kebijakan dan regulasi sebagai fondasi untuk menyelesaikan persoalan pengelolaan sampah secara sistemik dan berkelanjutan.
Dari FGD terungkap sejumlah permasalahan utama pengelolaan sampah di Kota Pekalongan. Rendahnya literasi masyarakat tentang limbah B3, ketiadaan fasilitas pemusnahan lokal, dan penutupan TPA Degayu sejak Maret 2025 akibat pencemaran lingkungan menjadi masalah utama yang dihadapi kota ini.
Kondisi diperparah terbatasnya kapasitas sumber daya manusia (SDM) pengelola sampah dan sistem pengolahan yang belum efektif. Dari 21 unit tempat pengolahan sampah reduce, reuse, recycle (TPS3R) yang tersedia, hanya empat yang beroperasi aktif. Akibatnya, masyarakat kebingungan membuang sampah, sementara solusi daur ulang dan pengolahan organik masih belum optimal.
“Melalui FGD ini, kami bersepakat untuk mendorong lahirnya roadmap pengelolaan sampah yang terintegrasi dan berbasis ekoregion, memperkuat kapasitas SDM lokal, membangun kemitraan dengan offtaker dan pelaku usaha, serta meningkatkan peran komunitas dan akademisi,” tutur Prof Jaenal.
Ia kembali menegaskan, pendekatan inovatif, regulatif, dan partisipatif menjadi kunci agar Kota Pekalongan dapat mewujudkan sistem pengelolaan sampah yang berkelanjutan dan adaptif terhadap dinamika sosial masyarakat.
Forum ini menghadirkan jajaran pimpinan daerah hingga perwakilan dari berbagai dinas teknis. Dari pihak PSP3 IPB University turut hadir Rizma Ilfi, MIKom; Dr Maya Dewi Dyah Maharini; serta para pakar dan peneliti lainnya. (*/Rz)

