Generasi Z Belajar Agromaritim 4.0 dengan Rektor IPB University
Rektor IPB University, Prof Arif Satria, menjadi narasumber dalam acara Gen Z Summit dengan membawakan materi bertajuk “AgriTech Revolution: IPB Design for Agromaritim 4.0”.
Dalam paparannya, Prof Arif menegaskan bahwa transformasi teknologi adalah kunci dalam menciptakan pertanian dan kemaritiman masa depan yang cerdas, mandiri, dan berkelanjutan.
Prof Arif menyampaikan bahwa pemerintah di mana pun biasanya lambat dalam merespons perubahan teknologi. Padahal, sebagai contoh saat ini teknologi dan inovasi di bidang pertanian sudah sangat bergeser.
“Saya kira kita sudah tidak lagi bicara pertanian dalam konteks seperti yang kita gambarkan tahun 90-an. Biologi juga sama. Jika berbicara tentang serangga penyerbuk, sebagian sekarang sudah pakai robot untuk bisa melakukan penyerbukan,” kata Prof Arif, belum lama ini.
Ia juga membahas konsep digital twin in agriculture. Dengan konsep ini, eksperimen pertanian kini bisa disimulasikan dan dirancang terlebih dahulu melalui komputer, sebelum diuji langsung di lapangan. Hal ini mempercepat proses inovasi dan efisiensi produksi.
Dalam konteks sosial, Prof Arif pun menyinggung tantangan regenerasi petani, seperti yang terjadi di Jepang. Adanya standar sosial di Jepang membuat petani sulit mendapat pasangan, sedangkan di Indonesia, jumlah petani milenial jumlahnya mencapai 6 juta orang lebih.
“Oleh karenanya, sebagai bentuk konkret dukungan terhadap pertanian milenial, IPB University telah mengembangkan konsep Sawah 4.0 yang mencakup sistem produksi padi cerdas, deteksi penyakit tanaman, dan layanan otomatisasi pemupukan dan irigasi,” paparnya.
Tak hanya itu, Prof Arif menjelaskan, melalui program One Village One CEO (OVOC) IPB University mengirim mahasiswa tingkat akhir dan lulusan baru untuk menjadi pemimpin desa. Mereka membawa inovasi, teknologi, akses pasar, hingga membuka jalur ekspor produk lokal.
“Ada satu desa yang punya kelebihan kotoran kambing. Di tangan CEO muda IPB University, dibuatlah media tanam dari fermentasi limbah itu, diberi merek Goat Tai, dan kini sudah diekspor ke 11 negara,” ujar Prof Arif yang disambut tawa kagum peserta.
Di samping itu, lanjut dia, IPB University lewat Agribusiness and Technology Park (ATP) juga telah mendampingi petani di sekitar kampus, menyediakan benih, teknologi, hingga memasarkan hasil budi daya mereka ke 54 supermarket di Jabodetabek.
“Jika di supermarket melihat produk organik, itu ada dari IPB University, dari petani-petani milenial, dari petani sekitar kampus. Jadi sebenarnya kita bisa memenuhi kebutuhan satu daerah, tidak perlu lagi berjubel pada impor-impor yang ada,” ucapnya.
Dengan pendekatan Agromaritim 4.0, Rektor menegaskan, IPB University terus berkomitmen menjadi katalis perubahan, mendorong pertanian cerdas dan ekonomi desa berbasis inovasi. (*/Rz)
