IPB University Ungkap Potensi Bioteknologi Indonesia: Dari Padi Unggul hingga Konservasi Badak Sumatera

IPB University Ungkap Potensi Bioteknologi Indonesia: Dari Padi Unggul hingga Konservasi Badak Sumatera

IPB University Ungkap Potensi Bioteknologi Indonesia Dari Padi Unggul hingga Konservasi Badak Sumatera
Berita

Indonesia memiliki peluang emas memanfaatkan megabiodiversitasnya untuk menjadi pemain utama dalam inovasi bioteknologi global. Hal ini terungkap dalam webinar The 51st IPB Strategic Talks bertajuk “Inovasi Bioteknologi untuk Indonesia Maju: Harapan, Realita, dan Solusi” yang diselenggarakan IPB University secara daring (27/5).

Prof Ernan Rustiadi, Wakil Rektor IPB University bidang Riset, Inovasi, dan Pengembangan Agromaritim, menekankan urgensi optimalisasi kekayaan hayati Indonesia untuk ketahanan masa depan. 

“Megabiodiversitas yang dimiliki Indonesia perlu dimanfaatkan secara optimal untuk pengembangan bioteknologi. Hal ini agar negara ini dapat resilien menghadapi tantangan kompleks saat ini dan masa depan,” ungkapnya.

Ia menyatakan, IPB University sendiri memiliki concern yang tinggi terhadap pengembangan dan inovasi bioteknologi. Komitmen itu salah satunya dibuktikan dengan diluncurkannya empat varietas padi baru.

“IPB University baru saja meluncurkan beberapa varietas padi baru, yaitu IPB 12S, IPB 13S, IPB 14S, dan IPB 15S, yang memiliki produktivitas tinggi dan tahan iklim,” imbuhnya. 

Bioteknologi untuk Reproduksi Hewan

Prof Bambang Purwantara, salah satu Guru Besar Sekolah Kedokteran Hewan dan Biomedis (SKHB) IPB University, memaparkan perkembangan bioteknologi reproduksi hewan, mulai dari inseminasi buatan, transfer embrio, hingga produksi embrio in vitro.

Melalui riset inovatif dan pendekatan seperti genomik, proteomik, dan metabolomik, Indonesia telah mengembangkan berbagai teknologi reproduksi hewan seperti inseminasi buatan, transfer embrio, dan seleksi pejantan unggul berbasis biomarka kesuburan. Upaya ini diperkuat oleh kolaborasi IPB University dengan berbagai pihak, seperti Balai Inseminasi Buatan (BIB) dan Balai Pembibitan Ternak Unggul (BPTU). 

“Kami juga melakukan kerja sama konservasi Badak Sumatera melalui skema Assisted Reproductive Technology (ART) dan Biobank dengan tim AZW Berlin dan Leipzig Zoo Jerman,” tambah Prof Bambang.

Bioteknologi: Solusi Menghadapi Krisis Iklim

Dosen Fakultas Pertanian IPB University, Dr Sintho Wahyuning Ardie, menyoroti peran bioteknologi molekuler dalam menciptakan sistem pertanian yang tangguh terhadap perubahan iklim, khususnya pada tanaman serealia dan gulma.

Dr Sintho menekankan bahwa perubahan iklim global telah menyebabkan penurunan produktivitas pertanian akibat tekanan abiotik dan kompetisi dengan spesies gulma yang resisten terhadap herbisida. 

“Tanaman serealia seperti padi, jagung, dan gandum menyumbang lebih dari 60 persen energi pangan global, sehingga inovasi untuk meningkatkan ketahanannya sangat krusial,” paparnya.

Dr Sintho juga menjelaskan bahwa bioteknologi memudahkan peneliti untuk mengetahui inti masalah dari tanaman dan merekayasa ekspresi gen tanaman tersebut untuk mendapatkan hasil yang diinginkan. (*/Rz)