Kontribusi Peneliti IPB University untuk Biologi Perairan Indonesia: Isotop Stabil untuk Telusuri Jaring Makanan Perairan

Kontribusi Peneliti IPB University untuk Biologi Perairan Indonesia: Isotop Stabil untuk Telusuri Jaring Makanan Perairan

Kontribusi Peneliti IPB University untuk Biologi Perairan Indonesia Isotop Stabil untuk Telusuri Jaring Makanan Perairan
Riset

Mendeteksi siapa memakan siapa dalam ekosistem perairan kini tidak lagi hanya mengandalkan pengamatan langsung atau analisis isi lambung. Melalui pendekatan isotop stabil karbon (δ¹³C) dan nitrogen (δ¹⁵N), para ilmuwan kini mampu merekonstruksi jaringan makanan dengan lebih presisi dan nondestruktif. 

Salah satu pionir penggunaan metode ini di Indonesia adalah Prof Yusli Wardiatno, peneliti IPB University dari Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK).

Isotop stabil bekerja layaknya “sidik jari kimiawi” yang mampu mengungkap sumber makanan utama suatu organisme serta posisi trofiknya dalam rantai makanan. Metode ini telah diaplikasikan Prof Yusli dalam berbagai riset, salah satunya dalam studi kolaboratif dengan University of the Ryukyus, Jepang, pada ekosistem mangrove Manko di Okinawa. 

Penelitiannya tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar spesies makrozoobentos seperti Cerithidea, Cassidula mustelina, Uca, dan Grapsidae memanfaatkan sedimen sebagai sumber makanan utama—yang mengandung produk dekomposisi dari mikroflora dan mikrofitobentos

Tak berhenti di sana, pendekatan serupa juga diterapkan di Indonesia, seperti dalam studi terbaru pada ekosistem mangrove Lubuk Damar, Aceh Tamiang. Penelitian ini menunjukkan bahwa serasah mangrove memainkan peran dominan dalam mendukung biomassa makrozoobentos. 

Dalam pelaksanaannya, analisis laboratorium untuk pengukuran isotop stabil dilakukan melalui kerja sama dengan Institut Teknologi Bandung (ITB) yang memiliki fasilitas instrumen spektrometri massa isotop yang diperlukan. Kolaborasi ini menunjukkan pentingnya sinergi antarlembaga dalam mendukung riset-riset mutakhir di bidang ekologi perairan.

Penelitian tersebut juga melibatkan Dr Ananingtyas S Darmarini, dosen muda dari Universitas Djuanda, yang berperan dalam pengembangan dan penerapan metode isotop stabil. Dr Ananingtyas merupakan salah satu bimbingan Prof Yusli saat menempuh program doktor di IPB University. Peran generasi muda peneliti ini menjadi bagian penting dalam estafet keilmuan dan penguatan riset dasar ekosistem perairan di Indonesia.

“Dengan isotop stabil, kita bisa membaca ‘jejak-jejak tak kasatmata’ dalam sistem perairan. Memahami siapa makan siapa, dari mana asal energinya, dan bagaimana menjaga keseimbangannya,” tutur Prof Yusli.

Kontribusi ini menjadi sangat relevan di tengah tantangan degradasi lingkungan pesisir. Selain menghasilkan publikasi internasional bereputasi, riset Prof Yusli juga mendorong penguatan kapasitas riset biomolekuler dan isotop di Indonesia. 

Dengan dukungan kolaborasi internasional dan pendekatan transdisipliner, penelitian-penelitian ini membuka cakrawala baru dalam pengelolaan sumber daya perairan yang lebih berkelanjutan dan berbasis sains. (*)