Prof Didik Suharjito: Perhutanan Sosial IAD Harus Bersifat Partisipatif, Inklusif dan Lintas Sektor

Menurut Prof Didik Suharjito, Guru Besar IPB University dari Fakultas Kehutanan dan Lingkungan (Fahutan), seiring perkembangannya, perhutanan sosial saat ini memiliki konsep baru, yakni Integrated Area Development (IAD) yang berbasis hulu hilir.
“Hal yang penting di dalam semua rancangan IAD di negara lain harusnya juga kita pacu di dalam pengembangan IAD. Perencanaannya harus partisipatif dan inklusif. Keterlibatan masyarakat pun sangat penting,” katanya dalam Webinar Forest Digest bertajuk ‘Integrated Area Development : Konsep Baru Perhutanan Sosial’, belum lama ini.
Ia menuturkan, implementasi konsep baru ini harus berbasis lintas aspek dan sektor, terutama bila menyangkut pembangunan berkelanjutan. Aspek lingkungan turut dimasukkan, tidak hanya bertumpu pada pertumbuhan ekonomi dan pencapaian keadilan.
“Pembangunannya mesti bersifat lintas sektor artinya melibatkan kolaborasi penta helix. Intinya implementasi perhutanan sosial perlu lintas aspek dan sektor apalagi dalam pembangunan berkelanjutan serta lintas generasi dalam rencana pembangunannya,” ujarnya.
Dalam pengembangan IAD, sebut Prof Didik, harus melibatkan wilayah geografisnya serta hubungan antar daerah. Di dalamnya terdapat devolusi tanggung jawab, kewenangan dan finansial dari nasional ke daerah.
“IAD sebagai strategi pembangunan pedesaan. IAD sebagai kendaraan untuk memadukan proses regionalisasi dimana pola alokasi sumber daya pada tingkat subregional dilakukan,” terang dia.
Prof Didik menjelaskan, pedesaan tidak hanya diletakkan sebagai produsen primer pertanian, tetapi juga dihubungkan ke pasar. Industrialisasi dikembangkan di pedesaan sehingga kesempatan kerja bertambah dan berdampak pada penyerapan tenaga kerja dan pertumbuhan ekonomi. Anak-anak muda juga akan kembali tertarik kembali ke desa sehingga perputaran ekonomi pedesaan meningkat.
“Perencanaan itu dibangun riil dengan problem-nya dan itu digarap oleh beberapa sektor. Kalau sudah ada produksi nanti hasilnya dilarikan ke pasar dan disambungkan dengan perhutanan sosial yang belakangan ini sudah menekankan off farm,” ia menambahkan.
Meski demikian, ia menekankan bahwa proses perencanaan IAD tidak bisa dadakan, akan tetapi melalui proses bottom up. Di samping itu, kelembagaan turut dikuatkan agar pedesaan dapat bergerak masing-masing. (MW/Rz)