Guru Besar IPB University Ungkap Cara Menghasilkan Riset yang Kompetitif di Bidang Penggunaan Lahan dan Perubahan Iklim

Guru Besar IPB University Ungkap Cara Menghasilkan Riset yang Kompetitif di Bidang Penggunaan Lahan dan Perubahan Iklim

guru-besar-ipb-university-ungkap-cara-menghasilkan-riset-yang-kompetitif-di-bidang-penggunaan-lahan-dan-perubahan-iklim-news
Riset

Prof Daniel Murdiyarso, Guru Besar IPB University di Departemen Geofisika dan Meteorologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) menjelaskan, penggunaan lahan dan perubahan iklim adalah dua subjek yang berbeda, namun saling terkait.

Penelitian terkait dampak penggunaan lahan dapat memberikan gambaran terhadap perubahan iklim. Lahan yang sudah terekspos untuk perkebunan akan menjadi titik awal dan memberikan ilustrasi perubahan ekosistem dalam beberapa tahun ke depan.

Hal tersebut ia sampaikan dalam Webinar dengan tema ‘Leveraging Science in Land Use and Climate Change Issues’ (08/03), hasil kolaborasi Pusat Riset Perubahan Iklim Universitas Indonesia (RCCC UI), Dana Ilmu Pengetahuan Indonesia (DIPI) dan Konsorsium Biologi Indonesia (KOBI).
Ia melanjutkan, dalam komunitas perubahan iklim, istilah penggunaan lahan disebut Land-Use, Land-Use Change dan Forestry (LULUCF). Organisasi Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) juga telah mengadopsi sektor penggunaan lahan sebagai sektor sumber emisi.

“Dengan tantangan seperti itu, kita perlu memikirkan cara menghibur peneliti muda di masa depan untuk mengisi kekosongan yang ada terkait riset penggunaan lahan dan perubahan iklim dengan Indonesia sebagai laboratoriumnya,” ujarnya terkait penelitian berkualitas dalam bidang penggunaan lahan dan perubahan iklim.

Menurutnya, untuk mendapatkan hasil riset yang kompetitif, perlu didorong riset yang orisinil untuk memberi informasi baru dalam khasanah ilmu pengetahuan. Peneliti muda juga dapat menggali data dari literatur yang sudah ada untuk menghasilkan jurnal ilmiah yang mampu mengungkap bukti baru.

“Peneliti harus didorong untuk tetap tegar dalam menghadapi isu-isu sensitif agar Indonesia mampu memimpin riset di bidang sains. Bila kita serius dengan kompetisi (secara positif) dengan masyarakat ilmiah global, maka peneliti harus didorong dan dibantu, tidak hanya sekedar untuk publikasi, namun agar mampu direferensikan sebagai jurnal ilmiah berdampak besar,” tutur Pakar Iklim Kehutanan, Adaptasi dan Mitigasi Perubahan Iklim ini.

Topik terkait karbon biru (blue carbon) dan Perjanjian Paris yang akhir-akhir ini ia geluti, menurutnya juga sangat potensial untuk dijadikan topik penelitian.

Indonesia yang mempunyai stok karbon tinggi dapat mengambil posisi pemimpin pada riset karbon biru.
“Subset dari penggunaan lahan dan karbon biru juga sudah bisa melingkupi berbagai target SDGs (pembangunan berkelanjutan), sehingga bila dikaitkan dengan kebijakan masih sangat relevan,” tambahnya.

Ia mengatakan. luaran yang diharapkan tentu untuk mendorong talenta muda dapat memberikan dampak besar melalui jurnal ilmiah.  “Sektor lahan memang merupakan subjek yang menantang untuk komunitas saintis demi memelihara pemahaman yang lebih baik terhadap perubahan di suatu generasi karena sifatnya sangat dinamis,” tutupnya. (MW/Zul)