Mahasiswa IPB Ciptakan Kit Pendeteksi Keputihan Abnormal

Mahasiswa IPB Ciptakan Kit Pendeteksi Keputihan Abnormal

mahasiswa-ipb-ciptakan-kit-pendeteksi-keputihan-abnormal-news
Riset

Bagi sebagian kaum hawa, keputihan menjadi masalah yang umum terjadi pada mereka. Fenomena tersebut sering dianggap remeh dan diabaikan. Padahal salah satu tanda-tanda penyakit infeksi organ reproduksi wanita dimulai dari “getah bening” ini. Apabila fatal dan lambat ditangani akan mengakibatkan kemandulan dan “lampu kuning” dari kanker serviks yang bisa berujung kematian.

Umumnya wanita Indonesia terutama kalangan remaja, masih merasa canggung untuk memeriksakan kondisi keputihan yang mereka alami ke rumah sakit. Terlebih lagi biaya pemeriksaan organ kewanitaan tidak murah, sekitar 300 ribu rupiah untuk satu kali swab vagina.

Berangkat dari kekhawatiran tersebut, tiga mahasiswi dari Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), Institut Pertanian Bogor (IPB), mengembangkan Kit Pendeteksi Keputihan Abnormal. Melalui Program Kreativitas Mahasiswa Penelitian Eksakta (PKM-PE) 2018, Ulfi Firdausi, Dwi Ajeng Budiarti, dan Isvina Unai Zahroya, di bawah bimbingan Dr. Ir. Gayuh Rahayu, mengembangkan produk Kit Pendeteksi Keputihan Abnormal berbasis medium Congo Red sebagai produk pertama dalam bentuk kit yang dapat mendeteksi kondisi keputihan normal atau abnormal.

Salah satu faktor penting yang berkontribusi terhadap keputihan adalah pembentukan biofilm. Pendeteksian dini produksi biofilm tersebut terutama pada Candida albicans sangat penting dilakukan. Oleh karena itu, ketiga mahasiswa IPB tersebut merancang suatu alat yang memudahkan masyarakat khususnya wanita untuk mengetahui kondisi keputihannya dengan menggunakan metode deteksi sederhana berbasis Congo Red Agar(CRA). Congo Red Agar merupakan media padat untuk mendeteksi produksi biofilm Candida albicans patogenis.

Kit tersebut masih dalam tahap pengembangan, perancangan dengan tampilan kemasan yang menarik, penggunaan yang praktis di rumah dan harga yang terjangkau. Harapannya, kit ini dapat diterima oleh para wanita.

“Kami berharap kit ini dapat digunakan oleh wanita Indonesia untuk meningkatkan kesadaran mereka akan bahaya keputihan abnormal dan memudahkan mereka dalam mendeteksi kondisi keabnormalan pada keputihan yang mereka alami,” ujar Ulfi, Ketua Tim. (NA/Zul)