Mahasiswa IPB Manfatkan Tulang Ikan Patin Perkaya Gizi Mineral Beras Merah Rastra

Mahasiswa IPB Manfatkan Tulang Ikan Patin Perkaya Gizi Mineral Beras Merah Rastra

mahasiswa-ipb-manfatkan-tulang-ikan-patin-perkaya-gizi-mineral-beras-merah-rastra-news
Riset

Mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB), Vegatarani Aulia Azzahra, Ayu Septi Wulandari dan Lisa Al di bawah  bimbingan Bambang Riyanto, S.Pi, M.Si melakukan penelitian tentang fortifikasi atau pengayaan beras merah patah dengan nanokalsium dari tepung tulang ikan (fishbone nanocalcium). Penelitian ini termasuk ke dalam bagian Program Kreativitas Mahasiswa bidang Penelitian (PKM PE) tahun 2018. Menurut Vegatarani, di Indonesia pada saat ini banyak ditemukan masyarakat lanjut usia atau lansia yang sebagian besar adalah masyarakat kurang mampu. Yang mana untuk pemenuhan kebutuhan sehari-harinya mereka sangat mengandalkan beras raskin atau sekarang dikenal dengan beras untuk keluarga sejahtera (Rastra) dari pemerintah. Namun, kandungan gizi mineral pada beras ini kurang memenuhi, sedangkan lansia sangat membutuhkan gizi mineral yang salah satunya adalah kalsium yang lebih tinggi. Oleh karena itu, kami memiliki ide untuk membantu memenuhi kebutuhan gizi kalsium dengan memperkaya kandungan gizi mineral beras Rastra ini dengan menggunakan nanokalsium dari tepung tulang ikan patin.  

“Kami juga melihat bahwa selama ini tulang ikan patin dari hasil perusahaan fillet tidak termanfaatkan secara maksimal. Kami mengupayakan limbah ikan patin yang berupa tulang dapat dimanfaatkan dan menjadi produk bernilai tambah. Setelah kami teliti, ternyata tulang ikan patin mengandung cukup tinggi kalsium yaitu 2.879 miligram per kilogram tulang,” ujar Vegatarani.

“Di samping itu, kami memilih ukuran nanokalsium karena kalsium yang berukuran mikro hanya dapat terserap sekitar 50 persen dari total kalsium yang dikonsumsi  tubuh. Oleh karena itu, kami membuat kalsium dalam ukuran lebih kecil agar penyerapan kalsium oleh tubuh lebih maksimal,” tambah Vegatarani.

Vegatarani menjelaskan lebih lanjut bahwa penelitian ini bertujuan untuk memperkaya komponen gizi mineral beras merah patah melalui model inovasi fortifikasi fishbone nanocalcium untuk meningkatkan program beras merah patah keluarga sejahtera (Rastra). Selain itu, untuk meningkatkan pemanfaatan beras merah yang umumnya pada saat ini sangat jarang dimanfaatkan. Padahal beras ini mengandung nilai gizi yang lebih tinggi dibandingkan beras putih.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil proksimat kadar abu dari tepung tulang ikan patin yaitu sebesar 52,62 persen. Hal ini menunjukkan bahwa tulang ikan patin mengandung cukup tinggi mineral. Sedangkan untuk kadar mineral khususnya kalsium sebesar 2.879 miligram per kilogram. Kalsium yang diperoleh pada penelitian ini berukuran 80 nanometer. Perlakuan yang terbaik pada penelitian ini terdapat pada perlakuan dengan beras merah sebanyak 82 persen, tepung sagu 15 persen, gliserol monostearat (GMS) sebanyak 1 persen, tepung nanocalcium sebanyak 2 persen, dan air sebanyak 30 persen. Beras yang dihasilkan serupa dengan beras analog pada umumnya. Namun mengandung mineral kalsium yang lebih tinggi, yaitu sebesar 0.90 persen atau 900 miligram per 100 gram takaran saji nasi per hari. Kandungan kalsium pada beras ini sudah memenuhi kebutuhan kalsium lansia menurut perhitungan Angka Kecukupan Gizi (AKG) yaitu sebesar 800-1.000 miligram per hari.

“Kami berharap inovasi ini dapat membantu lansia agar dapat memenuhi kebutuhan kalsiumnya, sehingga dapat terhindar dari berbagai penyakit yang disebabkan kekurangan kalsium,” ujar Vegatarani. (ww/ris)