Bunga di Pinggir Jalan ini Terbukti Turunkan Kandungan Logam Berbahaya pada Air Sungai hingga 73,1 Persen

Ketersediaan air bersih di Indonesia terganggu akibat dari tercemarnya sumber ketersediaan air yaitu sungai. Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (2015), sungai di Indonesia telah tercemar logam berat yakni hingga 68 persen. Tidak hanya di Jawa, masalah pencemaran air oleh logam berat ini juga terjadi di beberapa sungai di Pulau Sumatra diantaranya Sungai Deli dan Sungai Bengkulu. Hal ini tentu berbahaya baik bagi manusia yang mengkonsumsi maupun biota air yang hidup di sungai tersebut.
Hal ini mendorong tiga mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) yang tergabung dalam Program Kreativitas Mahasiswa (PKM-Penelitian) untuk meneliti potensi tanaman yang biasanya ada di pinggir jalan yakni tanaman paitan sebagai bioakumulator bagi logam berat. Mereka adalah Ones Putra Hulu, Rezeki Sirait, dan Martina Sihombing yang merupakan mahasiswa dari Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan Fakultas Peternakan di bawah bimbingan Dr. Ir Didid Diapari, M.Si.
“Terinspirasi dari tanaman yang tumbuh di pinggir jalan, tumbuh rasa penasaran kami tentang apa manfaat tanaman tersebut. Lalu kami lakukan penelitian. Hasil penelitian kami membuktikan bahwa tanaman paitan memiliki khasiat sebagai bioakumulator,” terang Ones, Ketua PKM-P ini.
Melalui idenya ini, Ones dan rekan satu timnya mendapatkan penghargaan dari Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti RI) untuk menyelesaikan penelitiannya dan membuktikan apakah pada tumbuhan paitan mampu mengurangi kandungan logam berat pada air sungai. Hasil riset mereka menunjukkan bahwa tanaman paitan mampu menurunkan logam berat timbal (Pb) hingga 73 persen.
“Kami berharap penelitian paitan dapat menambah pengetahuan masyarakat untuk lebih peduli pada sungai dan agar masyarakat lebih mengenal potensi paitan ini. Untuk rencana ke depan kami ingin agar hasil penelitian kami ini dapat dipublikasikan ke jurnal, diikutkan kompetisi ilmiah, dan sebagai bahan penelitian lanjutan untuk memudahkan penggunaan paitan. Ones dan tim juga berharap inovasi ini bisa diproduksi secara komersial,” kata Ones. (SMH/Zul)