Guru Besar IPB : Survey tidak Langsung Lebih Efisien Hingga 80 Persen

Guru Besar IPB : Survey tidak Langsung Lebih Efisien Hingga 80 Persen

guru-besar-ipb-survey-tidak-langsung-lebih-efisien-hingga-80-persen-news
Riset

Kemajuan teknologi membuat dunia semakin menyatu bahkan nyaris tanpa sekat. Komunikasi antar negara semakin cair. Gejolak di suatu negara, detik itu juga bisa kita ketahui.

Tahun 1998 terjadi gelombang reformasi di Indonesia yang membawa perubahan besar. Pertama, perubahan dari kekuasaan sentralistik menjadi desentralistik tersebar. Kedua, sistem politik berubah dari mayoritas tunggal ke sistem multi partai. Kedua perubahan tersebut telah mendorong tumbuhnya kebutuhan data pada level kabupaten, kecamatan, bahkan level desa.

“Tadinya yang korupsi satu dua orang, sekarang yang korupsi banyak orang dan tersebar,” ujar Guru Besar Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Institut Pertanian Bogor (IPB), Prof. Dr. Khairil Anwar Notodiputro dalam jumpa pers pra orasi ilmiah di Kampus IPB Baranangsiang, Bogor (5/10).

Menurutnya, dahulu orang membutuhkan data hanya level nasional dan provinsi. Sekarang tidak bisa lagi. Sementara itu, kalau dilakukan survei langsung (hingga level desa) memerlukan upaya yang luar biasa. “Survei itu tidak gratisan dan perlu biaya perlu waktu,” ujarnya.

Permasalahan ini bisa diatasi dengan metode pendugaan area kecil (small area estimation – SAE). Berbeda dengan metode konvensional yang didasarkan pada pendugaan langsung, metode SAE berbasiskan model dan merupakan pendugaan tidak langsung.

Prof. Khairil mengatakan metode SAE mampu meningkatkan efektivitas dan efisiensi dari statistik yang dihasilkan, dibanding dengan metode konvensional. Hasil penelitiannya di Departemen Statistika FMIPA IPB menunjukkan bahwa rata-rata efisiensi yang terjadi dengan menerapkan model SAE bisa mencapai 80 persen. Jika metode langsung butuh 100 sampel, metode tidak langsung ini hanya butuh 20 sampel saja sudah cukup. Artinya terjadi penghematan yang luar biasa.

Menurutnya, pemerintah di berbagai negara seperti Amerika, Italia, Belanda, Kanada sudah menggunakan metode SAE ini. Artinya ada optimisme dalam pemanfaatan SAE oleh pemerintah untuk menghasilkan statistik yang efektif dan efisien.

Tidak ada yang salah dengan metode langsung. Tapi akan bermasalah jika jumlah contohnya sedikit dan tidak memadai.

Dalam kondisi keterbatasan dana, waktu dan tenaga, sering kali kita tidak mampu mengambil contoh dengan jumlah yang banyak atau memadai. Untuk Badan Pusat Statistik (BPS), Kementerian dan Lembaga Negara, metode SAE ini bisa menjadi solusi ketika APBN semakin terbatas sementara pengumpulan data dan produksi statistik tidak dapat dihentikan untuk merencanakan, memantau dan mengevaluasi pembangunan nasional.(zul)