Ajukan 20 Inovasi Paten, Prof. Ani Suryani Dosen IPB Raih Penghargaan dari Kemenristekdikti

Ajukan 20 Inovasi Paten, Prof. Ani Suryani Dosen IPB Raih Penghargaan dari Kemenristekdikti

ajukan-20-inovasi-paten-prof-ani-suryani-dosen-ipb-raih-penghargaan-dari-kemenristekdikti-news
Prestasi

Dosen Institut Pertanian Bogor (IPB), Prof. Dr. Ir. Ani Suryani, DEA berhasil meraih penghargaan dari Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemristekdikti) Republik Indonesia. Prof. Ani dinobatkan sebagai Peneliti dengan Permohonan Paten Terbanyak II (Kedua) pada Pangkalan Data SINTA (Science and Technology Index). Penghargaan ini diberikan dalam rangka Peringatan Hari Teknologi Nasional (Hakteknas) ke-23 dan merupakan Penghargaan Kekayaan Intelektual Bidang Paten Tahun 2018.

Prof. Ani dianugerahi penghargaan tersebut karena berhasil mengajukan permohonan paten terbanyak kedua atas inovasi penelitian yang dilakukannya. Hampir setiap tahun Prof. Ani mengajukan permohonan paten atas inovasi penelitiannya, sehingga pengajuan tersebut terakumulasi menjadi 20 buah inovasi. Menurut dosen Departemen Teknologi Industri Pertanian ini, penilaian jumlah pengajuan permohonan paten terbanyak baru kali ini dilakukan.

“Saya berterimakasih atas penghargaan yang diberikan. Saya bahkan tidak menyadari hal itu karena saya tidak tahu kalau SINTA mengcover semua usulan yang diajukan. Jadi ini di luar dugaan saya. Saya apresiasi juga kepada Kemristekdikti yang mengamati sampai ke sana”, ujar Prof. Ani.

Dosen yang aktif sebagai peneliti di Divisi Teknologi Proses ini bekerjasama dengan sejumlah inovator dalam melakukan inovasi penelitian. Diantara inovator tersebut adalah Erliza Hambali, Pudji Permadi, Agus Pratomo, Mira Rivai, dan Ria Maria. Inovasi yang diajukan berupa inovasi penelitian pada bidang pangan, energi, biomedis dan material maju.  Hingga saat ini status paten yang diajukan adalah granted, telah dipatenkan, telah didaftarkan dan dalam proses pengajuan.

“Inovasi penelitian tersebut diantaranya saya membuat saringan yang sangat halus (membran) berbahan air kelapa. Saya juga membuat teknologi daur ulang limbah berkali-kali menggunakan spent bleaching earth, ada juga formulasi paving block berbahan limbah padat tanah pemucat bekas (spent bleaching earth) yang bisa menggantikan sebagian pasir atau semen,” ujarnya.

Inovasi lainnya yaitu gelatin halal dari limbah industri kulit sapi lokal, pemanfaatan Alkil Poliglikosida (APG) dari minyak kelapa dan pati sagu sebagai surfaktan untuk membunuh tanaman gulma, rolling oil (oli pelumas) berbahan dasar minyak jarak dan minyak sawit untuk industri pengolahan logam, sabun kesehatan dari minyak jarak pagar dan bioplastik dari PHA (Poly Hydroxy Alkanoat) yang dihasilkan Ralstonia eutropha pada hidrolisat minyak sawit.

“Saya berharap kalau penelitian ini bisa berjalan baik, pendanaannya juga baik, maka penelitian-penelitian yang berpotensi menghasilkan paten-paten berikutnya masih banyak yang bisa dimunculkan lagi,” tambahnya. (NIRS/Zul)