Departemen Biologi IPB University Ajak Siswa-Siswi SMA Berkuliah Online Sehari Tentang Jamur
Ratusan siswa-siswi sekolah menengah atas (SMA) dari berbagai daerah di Indonesia mendapatkan pengalaman berkuliah singkat di Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) IPB University. Pada acara Kuliah Online Sehari di BioIPB yang berlangsung secara daring (24/3) itu, Dr Ivan Permana, dosen IPB University dari Divisi Mikologi Departemen Biologi FMIPA menyampaikan kuliah singkat terkait cendawan atau fungi.
Dr Ivan mengatakan, pengetahuan dan data terkait fungi atau cendawan masih cenderung rendah. Padahal, cendawan merupakan salah satu sumber daya alam yang melimpah namun belum teroptimalkan di Indonesia.
“Jamur-jamur liar yang tumbuh di sekitar kita, di hutan, di taman, di rumah selama ini jarang diperhatikan dibanding jamur edible yang ada di pasaran. Dan, jangan sampai beranggapan
juga bahwa fungi adalah tumbuhan, walau mirip secara morfologi,” ujarnya.
Faktanya, kata Dr Ivan, secara evolusi fungi lebih dekat dengan hewan daripada tumbuhan, tetapi bukan juga merupakan hewan. Maka anggapan bahwa fungi adalah sayuran juga kurang tepat.
Ia menjelaskan kelompok fungi secara taksonomi atau ukuran terbagi menjadi tiga, yakni khamir atau ragi, kapang dan jamur. Khamir merupakan fungi unisel mikroskopik, semenetara kapang merupakan multisel mikroskopik. Adapun jamur merupakan multisel makroskopik.
“Fungi atau cendawan sudah terkenal di Indonesia untuk dimanfaatkan oleh berbagai industri. Mulai dari industri pangan, kesehatan hingga kosmetika. Dari segi pangan, fungi memiliki nutrisi yang baik bagi kesehatan tubuh,” jelasnya.
Dikatakan Dr Ivan, tren veganisme yang makin menjamur juga membuat konsumsi fungi meningkat. Tekstur dan rasanya dapat diolah sehingga mirip daging hewani.
“Dari perspektif peneliti atau akademisi, fungi juga berfungsi sebagai dekomposer atau pendegradasi bahan organik di alam, sebagai entomopatogen atau sebagai endofit dan bersimbiosis dengan tumbuhan,” jelasnya.
Ia menerangkan, kemampuan fungi untuk membantu pertumbuhan tanaman juga sangat besar. Hifa dari fungi dapat menjelajah tanah lebih baik sehingga mampu mengambil air dan unsur hara bagi tanaman untuk membantu proses fotosintesis.
“Fungi juga dapat berperan di industri bioenergi, sehingga banyak manfaat dan potensi fungi yang masih perlu kita ungkap,” lanjutnya.
Menurutnya, mahasiswa, dosen dan peneliti memiliki tugas mendokumentasikan keragaman fungi di Indonesia. Lebih lagi informasi keragamannya belum tercatat dengan baik. “Saya yakin potensi fungi Indonesia sangat besar, maka perlu inventarisasi dan manajemen data,” kata dia.
Sebagai contoh, lanjut Dr Ivan, mahasiswa dapat memanfaatkan hutan penelitian di sekitar kampus hingga laboratorium hutan IPB University untuk meneliti fungi. Fasilitas ini terus diperbaiki agar dapat mendukung target tersebut. “Mahasiswa juga diajak untuk bergabung ke dalam komunitas pemburu jamur sehingga dapat berbagi pengetahuan dengan penggiat jamur lainnya dari seluruh Indonesia,” tambahnya.
Selain mendapat kuliah tentang jamur, siswa-siswi SMA juga mendapatkan informasi jalur masuk program sarjana IPB University. Jalur yang dipilih cukup beragam dan memberikan kesempatan yang lebih luas bagi para calon mahasiswa. (MW/Rz)
