IPB University Perkuat Destana dalam KKNT 2019

IPB University Perkuat Destana dalam KKNT 2019

ipb-university-perkuat-destana-dalam-kknt-2019-news
Berita

Menjelang pelaksanaan Kuliah Kerja Nyata Tematik (KKNT) 2019, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) IPB University mengadakan pelatihan penguatan materi kebencanaan. Program ini dimulai oleh FPIK bersama Pusat Studi Bencana Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) IPB University dan didukung penuh oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Dalam kesempatan ini pembekalan difokuskan pada fasilitator dan dosen pendamping lapangan dalam menciptakan desa tangguh bencana.

Ada tujuh materi yang dibahas di pelatihan yang digelar di Auditorium FPIK, Kampus IPB University Dramaga, Bogor (11-13/6). Yakni pengelolaan risiko berbasis bencana, pengkajian risiko bencana partisipatif, pengembangan sistem peringatan dini inklusif, penyusunan rencana evakuasi, penyusunan rencana kontijensi desa, pembentukan forum relawan Pengurangan Risiko Bencana (PRB) desa dan penyusunan rencana pengurangan risiko bencana.

Pada pelatihan yang dibuka oleh Dr. Lilik Kurniawan, Direktur Pemberdayaan Masyarakat BNPB ini menghadirkan pembicara Dr. ET Paripurno dan Sumino. Peserta pelatihan adalah dosen FPIK IPB University.

Dr. Taryono, Koordinator Tim Dosen Pendamping Lapang (DPL) KKNT dari FPIK IPB University menyampaikan bahwa kegiatan ini diperlukan mengingat daerah target KKNT fakultas ini bersentuhan langsung dengan kawasan berisiko bencana. Untuk itu perlu upaya untuk meningkatkan kapasitas dan kesadaran staf pengajar FPIK dan khususnya para DPL KKNT FPIK 2019 tentang pengelolaan potensi bencana di wilayah desa pesisir untuk mendukung Destana Pesisir. 

“Pelatihan ini penting untuk peningkatan kemampuan DPL dalam membimbing mahasiswa yang melakukan KKNT 2019 serta untuk meningkatkan kesadaran dan kapasitas mitigasi bencana masyarakat pesisir. Dalam program KKNT tahun ini FPIK akan mengirimkan peserta ke daerah Pandeglang, daerah Sukabumi dan Cirebon yang tergolong tinggi potensi bencananya,” ujarnya.
 
Senada dengan hal tersebut, Kepala Pusat Studi Bencana, Dr. Yonvitner menyampaikan bahwa bencana tsunami 2018 lalu di Selat Sunda (Kabupaten Pandeglang) yang menimbulkan korban dan risiko terhadap lingkungan, perlu kembali diperkuat kemampuan adaptasinya. Dengan pelatihan ini paling tidak para pendamping KKNT yang ada di pesisir sudah bisa memulai inisiasi pengenalan risiko dari bahaya di kawasan KKNT. 

“Sehingga upaya mitigasi terus diupayakan dengan penguatan kapasitasnya dosen dan mahasiswanya,” imbuhnya.

Kegiatan yang merupakan turunan dari kesepakatan kerjasama antara Rektor IPB dan Kepala BNPB 19 Maret yang lalu ini secara bertahap akan terus ditingkatkan sampai pada penguatan kapasitas mahasiswa dalam mendukung program Desa Tangguh Bencana. Ke depan akan diperkuat dengan pembekalan seluruh peserta KKNT sebelum terjun ke lapangan. (yon/Zul)